Selasa, 03 Juli 2018

INDONESIA DAMAI



INDONESIA DAMAI: Lewat karya berjudul Reuni RI, Wuri Hantoro mengajak masyarakat mencontoh para pemimpin yang akur. Harapannya, segera tercapai cita-cita gemah ripah loh jinawi.







JOGJA – Tujuh figur pemimpin Indone-sia kompak dalam satu group musik. Mulai Presiden pertama Republik Indo-nesia (RI) Soekarno hingga Joko Widodo. Ketujuh sosok ini tertuang dalam lukisan berjudul Reuni RI karya Wuritual.Ketujuh pemimpin bangsa ini terlihat akur saat memainkan alat musik masing-masing.


Sang seniman Wuri mengung-kapkan, ini wujud akurnya seorang pe-mimpin. Karya ini sekaligus mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu da-lam membangun bangsa Indonesia.”Selama ini kita selalu disuguhkan kon-flik yang tidak rampung-rampung. Pada-hal di kalangan atas antarpemimpin itu akur. Justru di kalangan bawah yang sering terjadi konflik. Seakan benar-benar me-rindukan Indonesia yang damai dan tenteram,” ungkap Wuritual di ruang pa-mer Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu malam (26/12).
Pemilik nama lengkap Wuri Hantoro ini sengaja menggambarkan keakuran para pemimpin bangsa. Mulai Jokowi yang digambarkan sedang bermain gitar akustik, hingga sosok Presiden pertama RI Soekarno yang meniup saxophone.Musik dipilih sebagai media pemer-satu. Karena sifatnya universal. Menurut-nya, musik bisa diterima semua elemen masyarakat. Melalui musik pula ingin mengemas simbol simponi yang indah.”Saat para pemimpin di atas akur, se-harusnya bisa menjadi contoh masyara-kat di bawahnya.


Bagaimana caranya kita bersatu demi kemajuan bangsa In-donesia. Mreka adalah sayap-sayap bangsa ini. Harapan melalui lukisan ini agar Indonesia tetap damai gemah ripah loh jinawi,” kata pelukis kelahiran 8 Ok-tober 1972 ini.
Karya Wuri ini merupakan salah satu karya yang tersaji dalam pameran bertajuk A(rt) Ves Attact #2, Sayap-Sayap. Pame-ran ini menampilkan karya para seniman yang tergabung dalam Perupa Pecinta Unggas (PPU). Di mana, para seniman memiliki hobi yang sama dalam meme-lihara unggas. Konsep dalam pameran ini tak jauh dari unggas. Mengambil tema kecil Sayap-Sayap sebagai konsep pame-ran. Kurang lebih 40 perupa terlibat da-lam pameran ini. (dwi/hes/ong)


Edit By TK

Selasa, 05 Juni 2018

Presiden Ingin Masyarakat Demam Asian Games

Presiden Ingin Masyarakat Demam Asian Games

Perhelatan besar Asian Games XVIII yang semakin dekat membuat pemerintah semakin terpacu untuk menyukseskan gelaran tersebut. Tahun ini, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah pelaksanaan untuk yang kedua kalinya sejak tahun 1962.

Tak hanya pemerintah, masyarakat juga diharapkan untuk turut serta menyukseskan ajang pesta olahraga se-Asia tersebut. Terkini, guna mempromosikan ajang tersebut agar dikenal semakin luas, Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah atlet dan figur publik untuk berbicara dan bertukar pikiran bersama dengan pemerintah.

"Tahun ini, sebentar lagi, kita akan mempunyai sebuah perhelatan besar yang namanya Asian Games yang ke-18 di Tahun 2018 ini. Akan diikuti oleh 49 negara. Ini perhelatan yang besar," ujar Presiden mengawali pembicaraan di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 5 Juni 2018.

Presiden berujar, pihaknya menginginkan agar demam Asian Games edisi ke-18 kali ini lebih dirasakan gaungnya di masyarakat. Saat ini, ia memandang hal itu belum tercapai secara luas. Oleh karenanya, ia memberikan sebuah tugas khusus kepada mereka yang hadir dalam kesempatan ini.

"Ini baru hangat, belum demam. Oleh sebab itu, saya mengumpulkan Bapak/Ibu dan saudara di sini. Negara memanggil saudara semua untuk mendemamkan Asian Games yang ke-18 ini agar masyarakat menjadi demam semua," tuturnya.

Sejumlah atlet Tanah Air tampak hadir dalam pertemuan ini. Di antaranya ialah pasangan ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, serta pasangan Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma yang juga pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Di samping itu, turut hadir para musisi dan pekerja seni antara lain Marcell Siahaan, Once Mekel, Andre Hehanusa, Oppie Andaresta, Yuni Shara, Gading Marten, Indra Bekti, Indy Barends, dan Irfan Hakim.

Sebelumnya, dalam sejumlah pelaksanaan rapat terbatas bersama dengan jajaran terkait, Kepala Negara selalu menekankan pentingnya promosi agar masyarakat semakin tertarik dan berperan serta menyukseskan Asian Games XVIII yang digelar tahun ini.


Jakarta, 5 Juni 2018
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

LAI dan Gerakan Oikoumene Akar Rumput

LAI dan Gerakan Oikoumene Akar Rumput
Oleh Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id  IG: lembagaalkitabindonesia


Realitas menunjukkan di Indonesia ada setidaknya 323 Sinode Gereja yang terdaftar di kantor Bimas Kristen Protestan Kementerian Agama RI. Di sisi lain sejak 1950 cita-cita untuk mempersatukan Gereja melalui Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) sampai saat ini baru mampu menghimpun 89 Sinode Gereja. Persentasenya baru 27,55% Sinode Gereja di Indonesia yang masuk dalam arak-arakan struktural kebersatuan Gereja. Perjalanan 68 tahun PGI ternyata belum cukup mampu merealisasikan adanya “Gereja yang satu” di Indonesia.
Perbedaan doktrin, ajaran, dan atau denominasi Gereja sangat mengkin terus terjadi dan dapat menimbulkan ketidakbersatuan umat Kristen di Indonesia. Lokasi, liturgi, pilihan lagu-lagu pujian, gaya kotbah, dan berbagai perlengkapan teknologi gedung Gereja,  seringkali membuat umat memiliki referensi pilihan dalam ber-gereja. Realitas menunjukkan berbagai alasan lain dapat membuat umat Kristen di Indonesia semakin bertambah sulit dipersatukan dalam satu wadah sinode Gereja.
          Fenomena di atas lagi-lagi menunjukan  perjuangan yang semakin tidak mudah dalam mempersatukan umat Kristen di Indonesia. Lalu unsur apa yang masih memungkinkan menjadi  harapan dalam gerakan kebersatuan atau oikoumene? Kenyataan di lapangan menunjukkan sesungguhnya umat Kristen dan Katolik di “akar rumput” sudah lama menjalin kebersatuan yang sangat riil. Betapa tidak, hampir 100% sinode Gereja-gereja Kristen di Indonesia, bahkan plus Gereja Katolik, semuanya menggunakan Alkitab yang sama, yaitu Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia.
          Alkitab menjadi simbol kebersatuan umat Kristen dan Katolik di Indonesia. Apapun sinode Gerejanya, Alkitabnya berasal dari LAI. Tidak bermaksud membesar-besarkan realitas yang ada, namun memang begitulah adanya.  Saya pribadi sudah berhubungan intens melalui berbagai forum dengan berbagi Sinode Gereja di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Bali, Timor, Alor, Sumba, sampai Papua, yang semuanya menggunakan Alkitab terjemahan LAI. Hal ini juga tercatum dalam dokumen LAI yang menyebutkan  bahwa Lembaga Gereja Tingkat Nasional (PGI, KWI, PGLII, PGPI, PBI, Bala Keselamatan, GMAHK, dan GOI) semuanya terlibat dalam karya terjemahan Alkitab yang diterbitkan LAI. Itu menunjukkan mereka menerima dan menggunakan Alkitab terjemahan LAI.
          Dengan realitas di atas maka Alkitab di Indonesia dapat menjadi pemersatu yang riil dan melaluinya dapat dikembangkan kepada aspek lain yang sungguh mendukung gerakan oikoumene. Sebagai contoh konkret, dalam tiga bulan terakhir saya keluar masuk Gereja di berbagai wilayah dan denominasi untuk mensosialisasi gerakan “Alkitab Untuk Semua”. Dengan sosialisasi gerakan ini diharapkan semakin banyak Gereja dari sinode apapun ikut bergabung dalam arak-arakan dan pelayanan bersama LAI. Hasilnya sungguh sangat luar biasa. Antusiasme umat sangat terasa. Solidaritas mereka untuk membantu pengadaan Alkitab bagi saudara-saudara seiman di daerah pelosok dan terpencil di Indonesia sangatlah besar.
          Contoh lain adalah program Pendidikan Alkitab yang diselenggarakan di Gedung Pusat Alkitab Jalan Salemba No 12 Jakarta Pusat mendapat sambutan yang “mbludak” dari umat berbagai denominasi Gereja. Malahan umat Katolik memperlihatkan antusiasme yang sangat besar dalam belajar Alkitab. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa Alkitab di Indonesia terbukti mampu mempersatukan umat Kristen di akar rumput dalam kerjasama yang nyata.
          Masih ada peluang lain yang dapat dikembangkan untuk merealisasi semangat oikoumene di akar rumput, antara lain adalah dengan: gerakan Aku Cinta Alkitab,  menjadi Sahabat Alkitab, Ekspedisi Alkitab Untuk Semua, Membaca seluruh Alkitab dalam satu tahun, mendukung karya terjemahan Alkitab ke berbagai Bahasa daerah, Pendidikan Alkitab Liburan, mendukung gerakan Satu Alkitab untuk setiap Kelahiran Baru, dan lain-lain.
          Cita-cita kebersatuan Gereja di Indonesia ternyata sungguh dapat diwujudkan melalui hal-hal yang konkret dalam keseharian umat Kristen di akar rumput. Baiklah para “elit” Gereja melakukan rapat-rapat, diskusi, seminar, lokakarya, konferensi, konsultasi, kongres, musyawarah, dan berbagai forum lain untuk mewujudkan kebersatuan Gereja di Indonesia. Akan lebih dahsyat lagi bila secara paralel bentuk-bentuk riil ekumenikal berbasis “Alkitab yang sama” dapat terus dikembangkan di seluruh Indonesia.
SalamAlkitabUntukSemua.

Kamis, 31 Mei 2018

PANCASILA: DARI PUNCAK KEJAYAAN MAJAPAHIT HINGGA PIDATO BUNG KARNO 1 JUNI 1945

PANCASILA: DARI PUNCAK KEJAYAAN MAJAPAHIT HINGGA PIDATO BUNG KARNO 1 JUNI 1945
Oleh Dr Bambang Noorsena

Secara etimologis, kata "Pancasila" berasal dari bahasa Jawa kuno, yang sebelumnya diserap dari bahasa Sanskerta dan Pali, yang artinya "sendi dasar yang lima" atau "lima dasar yang kokoh". Mula-mula kata "sila" dipakai sebagai dasar kesusilaan atau landasan moral Buddhisme, yang memuat lima larangan.

Sebagaimana disebutkan dalam Tipitaka, kelima sila itu dalam bahasa Pali adalah sebagai berikut:

1. _Pānātipātā veramani sikkhapadamsamādiyāmi_ (Aku melatih diri untuk menghindari pembunuhan);
2. _Adinnādānā veramani sikhapadam samādiyāmi_ (Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan);
3. _Kāmesu micchācāra veramani sikkhapadam samādiyāmi_ (Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila);
4. _Musāvāda veramani sikhapadam samādiyāmi_ (Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar, berdusta, atau memfitnah).
5. _Surāmeraya majjapamādatthān veramani sikkhapadam samādiyāmi_ (Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan).

Dalam makna "lima dasar moral" yang harus dijatuhi tersebut, maka istilah Pancasila di negara kita sudah kita kenal sejak zaman Majapahit. Istilah ini dijumpai baik dalam karya Mpu Tantular dalam bukunya *"Kekawin Sutasoma"* (ditulis tahun 1384 M), maupun karya Mpu Prapanca yang ditulis sebelumnya dalam sastra pujanya yang berjudul *"Kekawin Negara Krtagama"* (ditulis tahun 1367 M).
Jadi, kedua pujangga itu hidup pada masa puncak kejayaan Majapahit, yang dikenal sebagai negara nasional ( _Nasionale Staat_ ) yang kedua, yaitu setelah kedatuan Sriwijaya dan sebelum Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam *Kekawin Sutasoma*, istilah Pancasila disebutkan 2 kali, yaitu dalam _seloka-seloka_ suci yang dalam bahasa Jawa kuno bunyinya:

*Bwat Bajrayana Pancasila ya gegen den teki hawya lupa!*
Artinya: "Bagi yang mengikuti vajrayana, Pancasila harus dipegang teguh, jangan sampai dilupakan" (Sutasoma 145:2).

Dalam _pupuh_ lain dari _Kekawin_ yang sama, Mpu Tantular mencatat pula:

*Astam sang catursrameka tarinen ring Pancasila Krama!*
Artinya: "Wajibkanlah kepada semua anggota catur asrama supaya Pancasila dijalankan secara teratur" *(Sutasoma 4:4).*

Selanjutnya, dalam *Kekawin Negara Krtagama*, kata Pancasila dijumpai dalam _seloka_ yang berbunyi:

*"Yatnagegwani Pancasila krtasangskara bhisekakrama".*
Artinya: "Sang Raja selalu waspada dan teguh memegang Pancasila, berlaku mulia, dan menjalankan upacara agama" *(Negara Krtagama 43:2).*


*PANCASILA DIGAUNGKAN KEMBALI DALAM PIDATO BUNG KARNO, 1 JUNI 1945.*

Dalam pidatonya tanpa teks di depan sidang _Dokuritsu Zunbi Tyusakai_ (Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan), Bung Karno menggaungkan kembali Pancasila sebagai nama dasar negara kita, untuk memenuhi pertanyaan Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, yaitu apa dasarnya Indonesia merdeka yang akan didirikan.

Menurut Bung Karno, yang diminta dr. Radjiman tidak lain adalah *_Welthanchauung_* atau *_Philosofische Gronslag_* (Dasar Filsafat) yang di atasnya Negara Indonesia merdeka akan didirikan. Dalam pidato yang akhirnya dikenal sebagai "Lahirnya Pantja-Sila" itu, Bung Karno mengusulkan dasar-dasar sebagai berikut:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Istilah Pancasila diusulkan oleh Bung Karno dalam pidatonya yang bersejarah itu, pada tanggal 1 Juni 1945.

"Sekarang", kata Bung Karno, "banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi", yang disambut dengan tepuk tangan riuh.

Setelah melalui proses perumusan ulang, pidato Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945 tersebut, kemudian dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945, Alinea 4, yang lengkapnya berbunyi:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


*MENGAPA MAJAPAHIT MENJADI SUMBER INSPIRASI, BUKAN BUGIS, BANTEN ATAU MATARAM?*

Dalam pidato "Lahirnja Pantja-Sila", Bung Karno menekankan bahwa kita adanya dua kali mengalami _Nationale Staat_, yaitu di zaman Sriwijaya dan Majapahit. Selain kedua negara itu, kita tidak mengalami negara nasional. Bung Karno memberi contoh, Mataram, Pejajaran, Banten, dan Bugis adalah negara-negara berdaulat, negara-negara merdeka, tetapi bukan negara nasional.
Itulah sebabnya para pendiri bangsa, banyak terinspirasi oleh Majapahit. Dari Majapahit kita mengambilalih istilah Pancasila sebagai nama Dasar Negara, salam nasional kita "Merdeka", dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai "sesanti" dalam lambang negara kita.

Demak, Mataram, Bugis, Banten tidak pernah berhasil mempersatukan Nusantara, karena landasan dalam bina negara bukan sebuah "welthansauung" dari semua, oleh semua dan buat semua, melainkan berasas primordialitas agama tertentu. Terbukti bahwa sistem teokrasi atau negara agama, tidak pernah bisa mempersatukan Nusantara yang sangat majemuk.

Selanjutnya, sama-sama negara nasional yang wilayahnya bahkan lebih besar dari NKRI sekarang, mengapa para pendiri bangsa lebih terinspirasi oleh Majapahit, bukan Sriwijaya? Dasar negara kita, misalnya, namanya tidak diambil dari Sriwijaya? Saya pernah menyampaikan hal ini kepada Pak Taufiek Kiemas (almarhum), ketika empat pilar MPR pertama digagas, dan pada waktu itu saya sebagai salah satu narasumber. Faktanya, dokumentasi tertulis Sriwijaya tidak selengkap Majapahit, yang telah mengabadikan prinsip-prinsip kehidupan bina negara dalam sejumlah prasasti, lontar-lontar perundang-undangan, dan sejumlah besar karya sastra yang sampai sekarang masih dibaca dan terus dilestarikan di pulau Bali.

Sebelum saya mempresentasikan makalah "Bhinneka Tunggal Ika: Sejarah, Filosofi dan Relevansinya". Semua peninggalan sejarah itu tidak ada lagi di Jawa, tetapi justru diwariskan utuh-utuh kepada kita dari Pulau Dewata. Orang Jawa tidak lagi berbicara dalam bahasa Jawa kuno, tetapi di Bali bahasanya Mpu Tantular dan Mpu Prapanca ini masih dilestarikan dalam bentuk sastra kekawin.

Ada yang mengatakan bahwa "teman ahli bahasa" yang dimaksud Bung Karno dalam pidatonya itu Pak Yamin. Tetapi yang lain bilang Ida Bagus Sugriwa, salah seorang putra Bali yang turut dalam sidang-sidang menjelang kemerdekaan RI. Baik Profesor Yamin maupun Ida Bagus Sugriwa adalah dua orang yang agaknya berdiskusi dengan Bung Karno, yang disebut ya "seorang teman ahli bahasa".

Meskipun Yamin adalah seorang putra Minang, namun sebagai ahli kebudayaan dan bahasa, dikenal sudah lama bersentuhan dengan segala hal yang berkenaan dengan kebesaran Majapahit. Konon, di sela-sela Sidang BPUPKI antara Mei-Juni 1945, Yamin yang mula-mula menyebut ungkapan "Bhinneka Tunggal Ika", I Gusti Bagus Sugriwa yang duduk di sampingnya spontan melengkapi sambungan ungkapan itu “Tan hana dharma mangrwa" (Tidak ada kebenaran yang mendua).
Keakraban keduanya seperti tampak dalam penggalan catatan sejarah di atas, membuktikan bahwa kedua sahabat Bung Karno ini memang sangat mendalami karya-karya Jawa kuno. Lebih-lebih Ida Bagus Sugriwa, sebagai putra Bali dari Buleleng, menjadi saksi hidup bahwa di Bali istilah-istilah seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Mahardhika, dan sebagainya, adalah ungkapan-ungkapan yang masih hidup, dihayati, dan dilestarikan selama berabad-abad melalui sastra Kekawin. Bali adalah museum hidup Majapahit yang masih tegak berdiri sampai hari ini.

Selain naskah Leiden, sumber rujukan lontar Sutasoma yang banyak menginspirasi para bapa bangsa di awal kemerdekaan, yang mungkin dibaca saat itu. Jadi, sangat mungkin sebelum mengucapkan pidatonya, Bung Karno mendiskusikannya dengan Yasin dan Ida Bagus Sugriwa.

Majapahit menjadi inspirasi para bapa bangsa, bukan hal yang kebetulan. Negara nasional Kedua ini tidak hanya memberikan kebanggaan sebagai inspirasi untuk menghadirkan keagungan sejarah yang pernah ada, tetapi juga telah memberikan model dalam mengelola warisan pluralisme bangsa. Jadi, bukan hanya istilahnya yang kita warisi, tetapi pemikiran filsafat kenegaraan yang dibangun di atas jiwa merdeka yang terbuka, toleran, bahkan secara aktif berbagi dalam kebersamaan untuk merenda masa depan bangsa dan umat manusia.

Selamat memperingati Hari Lahirnya Pancasila! *

MERDEKAAAA !!

Biarkan Jokowi tetap menjadi Presiden 2019

Pengakuan-pengakuan Mengejutkan Jokowi


Apa pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi? Ia mengakui bahwa sebagai seorang incumbent, seorang petahana, dia telah dan sedang dihantam bertubi-tubi. Tetapi dia mengaku bahwa dia tidak bisa menyerang balik secara frontal. Dia lebih banyak bertahan dan menangkis serangan.

Mengapa dia tidak bisa menyerang? Karena di seluruh dunia, pemerintah yang sedang berkuasa, termasuk pemerintahannya, menginginkan kestabilan, ketenangan dan kedamaian. Jika dia menyerang balik, maka keadaan semakin hiruk-pikuk, gaduh dan ribut. Jika publik kemudian melihat Jokowi jarang menyerang partner demokrasinya, itu karena alasan di atas. “Lebih mudah merebut kekuasan dari pada mempertahankannya”, kata Jokowi. Lalu apa pengakuan Jokowi selanjutnya?

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat perusahan negara, Petral, anak perusahaan Pertamina, sarat dengan para mafia. Ratusan triliun negara setiap tahun, mengalami kerugian akibat permainan mafia di Petral. Ketika dia mengeluarkan perintah untuk membubarkan Petral, dia ditakut-takuti oleh banyak pihak. Katanya, jika Petral di bubarkan, negara bisa runtuh. Diapun bisa jatuh. Sangat menakutkan.

Menteri dan tim yang diperintahkan untuk membubarkan Petral, tiga kali bertanya kepadanya. “Apakah Bapak Presiden telah matang-matang untuk membubarkan Petral? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul dampak, resiko dan konsekuensi jika membubarkan Petral?”

Bayangkan menterinya sendiri terpapar ketakutan dan ikut-ikutan menakuti Jokowi. Apa Jawaban Jokowi? “Bubarkan Petral!” Perintah Jokowi tegas. Akhirnya Petral dengan tegas dibubarkan. Lalu apa yang terjadi ketika Petral sudah dibubarkan? Sampai kini, tidak terjadi apa-apa. Ternyata pemerintah sebelumnya tidak berani membubarkan Petral karena takut.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat pencurian ikan di laut Indonesia terjadi secara masif. Ratusan juta ton ikan di laut Indonesia dicuri oleh negara lain. Lalu dia memberi perintah kepada Menteri Susi untuk menenggelamkan kapal-kapal asing itu. Jokowi mengaku bahwa Menteri Susi sendiri datang tiga kali bertanya kepadanya.

“Apakah Bapak Presiden benar-benar menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri ikan? Apakah Bapak Presiden sadar reaksi marah negara-negara yang kapalnya ditenggelamkan? Apakah Bapak Presiden sudah tahu bahwa ada ‘orang-orang besar’ dari dalam negeri ikut bersengkokol mencuri ikan-ikan kita?” tanya Menteri Susi.

Bayangkan Menteri Susi sendiri ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa reaksi Jokowi? “Tenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan!” Perintah Jokowi tegas. Sejak dimulainya penenggelaman kapal-kapal asing, sudah lebih seribu kapal ditenggelamkan. Sampai kini tak terjadi apa-apa, termasuk serangan dari ‘orang-orang besar’ itu. Kini ikan-ikan di laut Indonesia dinikmati oleh orang Indonesia sendiri. Sekarang ekspor ikan Indonesia terus meningkat. Ternyata pemerintah sebelumnya menutup mata atas pencurian ikan karena takut ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa saat dia pergi ke Papua, dia mendengar dan melihat langsung harga BBM di lapangan yang selangit. Mengapa bisa terjadi begini? Siapa mafia yang bermain? Itu pertanyaan besar di benak Jokowi. Jokowi kemudian mengeluarkan perintah untuk menyamakan harga BBM di Papua yang seliternya Rp. 50.000 bahkan bisa sampai Rp. 100.000,- Harga itu harus sama harganya di Pulau Jawa yang Rp. 6.500 perliter. Para pejabat di kementerian BUMN, khususnya di Pertamina, berulang-kali menakut-nakutinya. “Itu adalah mimpi di siang bolong. Butuh biaya, usaha besar untuk mewujudkan satu harga BBM. Bisa-bisa Pertamina rugi besar dan bangkrut”, kata mereka. Lalu apa respon Jokowi?

“Samakan harga BBM di Papua dengan Jawa!” Perintah Jokowi tegas. Jokowi kemudian bolak-balik ke Papua untuk memastikan harga BBM satu harga. Setelah setahun berjuang berdarah-darah, harga BBM di Papua kini sama dengan Jawa. Demi rakyat Papua, Pertamina lewat orang-orang yang punya tekad tinggi membangun bangsa, berjuang setiap hari menantang medan berat untuk menyalurkan BBM di berbagai pelosok di Papua dan memastikan harganya sama dengan di pulau Jawa. Perjuangan berdarah-darah ini tak banyak orang yang tahu, tak banyak orang yang mengapresianya.

Saat demo besar 212 di Monas, seluruh menteri termasuk Menkopolhukam, Panglima TNI, Kapolri dan komandan Paspampres tak setuju mendatangi para demonstran di Monas. “Demi keamanan, Bapak Presiden sangat tidak disarankan ke Monas”! Lalu Jokowi menghitung.“Berapa menit kita jalan kaki ke sana?” tanya Jokowi. “Tujuh menit”, jawab ajudannya. "Saya harus ke sana. Tetapkan waktunya", kata Jokowi. “Jam 11.50 WIB”, jawab ajudan.

Begitu jam 11.40, situasi di istana masih menegangkan. Semua diam. Tak satupun yang berani mendorong Presiden Jokowi ke Monas. “Jam 11.41, Jokowi bangkit. “Mari kita ke Monas jalan kaki”. Di tengah jalan bertemu dengan JK yang berencana sholat ke Mesjid. Tetapi ketika JK diberitahu bahwa Jokowi ke Monas, JK kemudian berbalik langkah dan ikut dalam rombongan Jokowi. Setibanya di Monas, para pengawal hanya mengijinkan Jokowi di bawah panggung untuk mengucapkan sesuatu. Tetapi Jokowi ngotot naik ke atas panggung. Di atas panggung, Jokowi mengucapkan sebuah pidato singkat 2 menit. Setelah pidato, Jokowi segera balik ke istana dengan aman.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, HTI yang tujuannya mendirikan negara khilafah, sudah berakar-berurat di seluruh wilayah Indonesia. Dia heran mengapa organisasi ini yang di banyak negara sudah dilarang, tetapi di Indonesia masih berdiri kokoh? “Bubarkan HTI lewat Perpu”! Dia pun ditanya tiga kali oleh Menkopolhukam Wiranto, Kapolri dan pejabat keamanan lain.

“Apakah Bapak Presiden sudah memikirkan matang-matang untuk membubarkan HTI? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul resiko dan dampak lain jika ormas ini dibubarkan?” Bayangkan, Menteri Wiranto ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa respon Jokowi? “Bubarkan HTI besok” Perintah Jokowi tegas. Esoknya HTI dibubarkan. Semua melongo dan menganga. Sejak HTI dibubarkan, keadaan baik-baik saja. Ternyata pemerintah sebelumnya tidak berani membubarkan ormas ini karena takut ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa jika ia rakus dengan prestasi ekonomi, silau pujian, maka ia hanya membangun pulau Jawa. Jika ia mau, ia bisa mengucurkan anggaran besar-besaran untuk membangun ekonomi di pesisir Jawa. Ekonomipun bisa dipastikan dengan cepat tumbuh hingga 7 persen. Lalu mengapa Jokowi tidak melakukannya? Keadilan sosil. Pemerataan. Itulah jawaban Jokowi. Ia membangun Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, demi keadilan sosial, demi pemerataan. Pembangun infrastruktur sekarang tidak langsung dinikmati hasilnya sekarang tetapi 20 tahun ke depan dan bukan di era pemerintahannya.

Jokowi mengaku bahwa seorang pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan berani dan tepat. Keputusan-keputusan yang diambil tentu saja bukan tanpa perhitungan. “Ada hitung-hitungnya”, kata Jokowi.

Itulah pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi. Ternyata menjadi Presiden itu berat. Jadi biarkan Jokowi tetap menjadi Presiden 2019 mendatang.

Asaaro Lahagu

TAK KAN LARI WIBAWA DIKEJAR Oleh: Reinhard Samah Kansil



Sabda Bina Diri (Hari ke 279)
Kamis, 31 Mei 2018, Titus 2:15

TAK KAN LARI WIBAWA DIKEJAR
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Wibawa bukanlah pembungkus jiwa sampah yang busuk.
Wibawa adalah pembungkus jiwa berharga yang harum.

Beritakanlah dengan wibawa Ilahi.
Rasul Paulus menutup pasal 2 dengan ayat 15 ini, dengan sebuah petunjuk singkat untuk Titus. Kita mendapati pokok dan cara pengajaran hamba-hamba Tuhan, dan sebuah petunjuk khusus untuk Titus berkenaan dengan dirinya sendiri.

Paulus mengingatkan Titus untuk: pertama, memberitakan kabar kesukaan tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua orang, bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk memebebaskan kita dari segala kejahatan.

Tugas gereja untuk memberitakan Injil barangkali hanya membuat seseorang menjadi Kristen. Dan jika tidak diikuti dengan berbagai pembinaan, maka pada akhirnya orang-orang Kristen tersebut tidak mempunyai perbedaan yang berarti dengan orang-orang lainnya.

Bagaimana metode pengajarannya? Dengan ajaran, dan nasihat, dan teguran dengan segala KEWIBAWAAN. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Artinya, mengajarkan ajaran yang sehat, meyakinkan tentang dosa dan membuktikan kesalahan, memperbaiki hidup, dan terus melakukan hal yang adil dan baik.

Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik yang harus dikerjakannya sendiri atau diajarkan kepada orang lain.

Inilah yang akan memperlengkapi seluruh bagian kewajibannya, dan pelaksanaannya yang benar. “Beritakanlah semuanya itu dengan wibawa Ilahi”.

Pembinaan Jemaat.
Dua hal penting yang harus dilakukan agar pemimpin Gereja beroleh hidup kekal yaitu: menerima kasih karunia dari Allah serta bertobat dari kehidupan duniawi.

Oleh karena itu gereja tidak boleh lalai melaksanakan tugasnya untuk pemberitaan Kabar Baik dan pembinaan jemaat. Kedua tugas ini menjadi tanggung jawab setiap Kristen. Dan dilaksanakan dengan penuh kewibawaan.

Wibawa adalah cara membawa diri seseorang sehingga mempengaruhi orang lain menjadi hormat pada Tuhan. Pemimpin jemaat yang berwibawa akan dihormati melalui sikap dan perilaku yang sesuai dengan apa yang diajarkannya.

Cara terbaik untuk berwibawa adalah mengenal dirimu sendiri dengan sebaik mungkin. Kemudian menampilkan sosok terbaik dari dirimu.

Orang yang tak berwibawa selalu menjaga wibawanya. Orang yang berwibawa tidak perlu repot-repot menjaga wibawanya, karena wibawanya tak akan lari.

KITA BISA SAJA MEMOLES DIRI AGAR TERLIHAT BERWIBAWA. TAPI PADA AKHIRNYA TINDAKAN-TINDAKAN KITALAH YANG MENENTUKAN WIBAWA KITA.

#Salam_WOW

Senin, 28 Mei 2018

Presiden Minta Para Siswa Manfaatkan Media Sosial untuk Hal Positif


Presiden Minta Para Siswa Manfaatkan Media Sosial untuk Hal Positif

Presiden Joko Widodo mengajak para generasi muda untuk mempergunakan media sosial dalam hal yang positif. Ajakan tersebut disampaikannya di hadapan sejumlah ketua OSIS, anggota Pramuka, dan ketua Rohis dari SMA/SMK se-Kabupaten Majalengka dalam kunjungan kerjanya hari ini.

"Tolong disampaikan kepada kawan-kawan, agar penggunaan media sosial digunakan untuk hal-hal positif. Jangan sampai saling mencela, menghujat, menjelekkan, dan memfitnah," kata Presiden di Taman Dirgantara, Kabupaten Majalengka, Kamis, 24 Mei 2018.

Menurutnya, masih ada banyak cara dan hal positif yang dapat diraih melalui penggunaan media sosial secara bijak. "Mau cari ilmu di media sosial juga sekarang gampang banget," ucapnya.

Selain itu, Presiden meyakini bahwa para pelajar yang ada di hadapannya saat itu ialah calon-calon pemimpin di masa mendatang. Untuk itu, Presiden mendorong para pelajar untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan berupaya keras untuk mengejar cita-citanya itu.

"Saya kira cita-cita itu terbentang luas tetapi memang harus dicapai melalui kerja keras dan kedisiplinan dengan melakukan hal-hal produktif. Karena memang ke depan itu tantangannya juga lebih besar. Kesempatannya besar, tetapi hambatan-hambatannya di depan yang harus kita lalui juga besar," ujarnya.

Selain itu, sebagai calon-calon penggerak bangsa di masa mendatang, para pelajar dan generasi muda juga diharapkan Kepala Negara untuk menumbuhkan rasa optimistis dalam memandang kemajuan Indonesia di masa depan, utamanya dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tak lupa, ia mengingatkan agar generasi muda senantiasa menjaga persatuan dan kerukunan antarsesama.

"Bersatu, rukun, menjaga persaudaraan, dan menjaga ukhuwah islamiah, kita akan menjadi sebuah kekuatan besar. Tidak boleh ada yang pesimistis, kita harus optimistis menuju Indonesia ke depan yang lebih baik," tandasnya.

Selepas itu, Kepala Negara menyempatkan diri untuk berdialog dengan sejumlah pelajar terkait cita-cita dan harapan mereka di masa mendatang. Di tengah-tengah dialog, tak jarang Presiden memberikan motivasinya agar para pelajar dapat mewujudkan cita-citanya.

Seperti Audin, salah satu siswi yang bercerita kepada Presiden, mengaku bercita-cita menjadi seorang pengusaha di bidang pendidikan dan budaya. Ia berujar sedang mempersiapkan diri dengan salah satunya mempelajari teknologi terkini agar mampu menyelaraskan diri dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan memanfaatkannya dalam usaha yang akan dikerjakannya.

Mendengar hal itu, Presiden Joko Widodo memberikan dukungan dan dorongan agar Audin meneruskan upayanya itu dalam mempelajari teknologi. Sebab, melalui pemanfaatan teknologi, kesempatan kita untuk mengembangkan usaha akan semakin besar.

"Kalau ke depan kita ingin bergerak di bidang pendidikan, saya kira ruang itu terbuka sekali dengan menggunakan gawai. Ruang-ruang seperti itu masih terbuka lebar," kata Presiden.

Dalam kesempatan ini, Presiden RI didampingi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Bupati Majalengka Sutrisno.


Majalengka, 24 Mei 2018
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

Rabu, 23 Mei 2018

Memperingati 100 Tahun Wafatnya I.L. Nommensen (23 Mei 1918 - 23 Mei 2018)


Sejenak mengenang Menu khusus mengenang 100 Tahun Hari Wafat Nommensen hari ini:

Memperingati 100 Tahun Wafatnya I.L. Nommensen
(23 Mei 1918 - 23 Mei 2018)

DETIK-DETIK KEPERGIAN NOMMENSEN

 Rabu,  22 Mei 1918, jelang pukul tujuh malam, suasana senyap mewarnai Pargodungan Sigumpar. Rumah kediaman Nommensen di samping gereja juga sepi. Sepeninggal  kunjungan misionaris Steinsick dan Nyonya Brinskscmidt sore tadi, kondisi kesehatan Nommensen tampak semakin buruk. Ia terbaring lemah di tempat tidur. Ia mengeluhkan dadanya yang sesak sehingga susah menarik napas, tubuhnya pun sakit seperti dirobek-robek.

 Anak dan menantu yang menungguinya kelihatan cemas. Nommensen minta dipijat, namun diurungkannya lagi karena tubuhnya terasa sakit. Sesekali Nommensen menyeret langkahnya menuju kamar kerja. Ia duduk termenung di kursi dekat meja tulisnya tengah memikirkan kedua putrinya yang berada di Eropah. “Mereka akan hidup tanpa ayah dan ibu,” ujarnya lemah, nyaris bergumam.

 Nommensen sudah sepuh, 84 tahun, kesehatannya naik-turun; terkadang sehat, tetapi setelah itu sakit lagi. Begitu seterusnya, sehingga terkesan keadaannya tidak menentu.

 Menantunya menghibur, “Kami, semampu yang kami bisa akan mengurus mereka,” katanya.

 Nommensen hanya terdiam. Ia bangkit membuka lemari, menunjukkan sesuatu yang akan digunakan untuk keperluan kedua putrinya manakala ia sudah tiada.

 Anak dan menantunya merasa iba namun tak bisa berbuat apa-apa. Melihat penderitaan Nommensen, mereka hanya bisa berdoa agar Tuhan menjemput orangtua yang mereka sayangi apabila masanya untuk menutup mata memang sudah tiba.

 Malam semakin larut. Kepada anak dan menantunya Nommensen berpesan agar menyampaikan salamnya kepada orang-orang yang ia kasihi.  Anaknya berkata, “Kami masih mengharapkan ayah tinggal bersama kami.”

 “Saya juga berharap begitu. Tetapi, Tuhan kali ini berkehendak lain,” sahut Nommensen. Ia duduk lalu berdoa, “Jesus, Jesus! Berikan hamba-Mu ini ketenangan ...”

 Menjelang pagi kondisi kesehatan Nommensen semakin buruk. Napasnya satu-satu.  Denyut nadinya pun semakin lemah. Ia kembali duduk dan berdoa, “Tuhan, jiwaku kuserahkan kepada-Mu,” katanya lalu merebahkan diri.

 Bola matanya bergerak ke atas seakan menatap kemuliaan Allah. Matanya tiba-tiba terpejam, tubuhnya bergetar pelan, lalu diam; diam untuk selama-lamanya.

 Nommensen wafat pada Kamis pagi, 23 Mei 1918 tatkala lonceng gereja  berdentang bersama semburat matahari yang semburat di ufuk timur.

 Kematian Nommensen menyebar dengan cepat. Tanah Batak berduka.  Sigumpar penuh sesak dengan jemaat, pendeta, misionaris, dan pejabat teras Belanda. Jasad Nommensen dibawa ke gereja sebelum dimakamkan di lokasi Pargodungan Sigumpar pada Jumat sore, 24 Mei 1918.

 Nommensen menghabiskan lebih dari separuh usianya, yaitu 57 tahun, mengabdikan diri menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak. Karyanya besar dan layak dikenang. Dengan demikian genaplah ikrar Nommensen saat menginjakkan kakinya di bukit Siatas Barita, Silindung pada November 1863, tatkala ia berdoa,  “Tuhan, hidup atau mati, biarlah aku hidup di tengah-tengah bangsa ini utuk menyebarkan firman-Mu. Amin!”

NOMMENSEN, SANG RASUL BATAK

 Banyak tokoh penjelajah yang begitu diagungkan dalam sejarah. Sebut saja Cristopher Colombus  penemu Benua Amerika, Vasco da Gama penemu India, atau Cheng Ho pemimpin ekspedisi yang meninggalkan jejak di berbagai tempat di Nusantara dan Benua Asia.  Namun, siapa pun tokoh itu, bagi suku Batak  tidak sebanding apa-apa dengan Ingwer Ludwig Nommensen.

 Siapakah Nommensen?

 Nommensen adalah seorang misionaris RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) asal Jerman yang mengabdikan hidupnya untuk Pakabaran Injil di Tanah Batak, dari tahun 1861 sampai dengan 1918.

Melalui tuntunannya suku Batak mampu melepaskan diri dari zaman kegelapan sehingga menjadi suku yang maju dan beradab sebagaimana dikenal sekarang. Suku Batak menghormati Nommensen layaknya seorang rasul,  dijuluki “Rasul Batak,” serta diberi sapaan “Ompu I”, sapaan tertinggi dalam hierarki kekerabatan dalam budaya Batak.

 Di sisi lain, suku Batak adalah “temuan” yang baik bagi Nommensen untuk menyampaikan Berita Keselamatan, sebab suku Batak adalah suku bangsa terbesar ketiga dari lapisan penduduk Indonesia setelah Jawa dan Sunda.  Karya agung Nommensen menjelma dalam komunitas HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), gereja muda terbesar di dunia, serta lembaga keagamaan terbesar ketiga di Indonesia setelah Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Sejatinya Nommensen bukan hanya milik HKBP, juga berbagai demonasi gereja yang berakar dari HKBP, juga milik bangsa, meski tak pernah disinggung dalam sejarah nasional.

DARI NORSTRAND KE TANAH BATAK
   
 Nommensen lahir pada 6 Februari 1834 di sebuah pulau kecil Norstrand, yang kala itu masuk dalam bagian Denmark Selatan di Kepulauan  Frisia Utara, berbatasan dengan bagian utara Jerman di lepas pantai Laut Utara.

 Nommensen lahir di tengah keluarga miskin dan hidup menderita.  Pada usia 8 tahun ia ikut mencari nafkah sebagai penggembala dan pada usia 10 tahun menjadi buruh tani bagi para tetangga.

 Pada usia 12 tahun Nommensen mengalami patah kaki akibat ditabrak kereta kuda. Menurut dokter kakinya harus diamputasi. Ia berdoa minta  kesembuhan dari Tuhan serta bernazar, apabila Tuhan mengabulkan doanya maka ia akan mengabdikan seluruh hidupnya bagi Pekabaran Injil di kalangan pelbegu. Doanya didengar Tuhan. Penyakitnya sembuh tanpa harus diamputasi.

 Nommensen mengikuti pendidikan teologia di Seminari Zending Lutheran RMG di Barmen pada tahun 1857 dan ditahbiskan sebagai pendeta pada 13 Oktober 1861. Misi Pekabaran Injil ke Tanah Batak dimulai. Pada 1 November 1861 ia berangkat dari Barmen ke Amsterdam Belanda untuk menemui Kongsi Witteven Ermelo yang telah memberangkatkan Pdt Gerrit van Asselt dan Pdt Betz ke Sumatera. Ia juga menemui Dr N. van der Took yang telah mempelajari bahasa Batak yang juga mempelajari hasil penelitian para ahli dan penulis seperti Junghun dan Raffles.

 Nommensen menuju Niewendiep untuk bergabung dengan penumpang lainnya di kapal Pertinox. Dari sana, pada 24 Desember 1861, kapal Pertinox berlayar menuju Sumatera melalui sisi benua Amerika (Brasil) dan perairan laut ujung selatan Benua Afrika (Cape of Good Hope). Dalam perjalanan melelahkan penuh bahaya ––142 hari lamanya–– Nommensen tiba di Padang pada 16 Mei 1862.

 Nommensen tinggal beberapa lama di Padang sebelum bertolak dan tiba di Sibolga pada 23 Juni 1862. Ia kemudian meneruskan perjalanannya dan tiba di Barus pada 25 Juni 1862. Pemerintah kolonial Belanda dalam hal ini oleh residen yang berkedudukan di Sibolga tidak mengijinkan Nommensen memasuki Tanah Batak (Toba) dengan alasan keamanan. Selama di Barus ia mempelajari bahasa Batak dan bahasa Melayu, terutama mengenai adat istiadat Batak.  Ia sangat mahfum, tanpa pendekatan budaya, pekerjaannya akan sia-sia belaka.

 Pada 30 Agustus 1862 Nommensen berkordinasi dengan empat misionaris pendahulu di Sipirok. Mereka adalah Gerrit van Asselt dan Betz (utusan Zending Ermelo Belanda) serta Heine dan Klammer (utusan Zending RMG yang sama dengan Nommensen). Pada tahun 1863 Nommensen ditempatkan di Pos Parausorat.

 Nommensen sangat kukuh pada nazarnya untuk mengabarkan Injil di kalangan pelbegu.  Apalagi, selama di Barus, Sipirok, dan Parausorat ia melihat perkembangan Pekabaran Injil sangat lamban karena sebagian besar penduduknya sudah memeluk Islam.  Kegigihannya untuk mengabarkan Injil di Tanah Batak membuat pemerintah Hindia Belanda di Batavia bersikap lunak. Mereka mengijinkan Nommensen memasuki Tanah Batak yang masih tertutup dan merdeka dari penaklukan Belanda. (Dengan sendirinya Nommensenlah satu-satunya misionaris pertama yang berani memasuki dan berdiam di tengah suku Batak dengan resiko yang sangat besar; sampai mempertaruhkan nyawa).

 Pada 7 November 1863 Nommensen meninggalkan Parausorat menuju Silindung. Ia didampingi Panrau, seorang Dayak Kristen yang menemaninya sejak dari Padang. Ia menempuh jalur Simangambat, Silantom, Batunadua, Sigotom dalam perjalanan selama 4 hari yang melelahkan, kemudian tiba di puncak bukit Siatas Barita pada 11 November 1863.

 Nommensen menebar pandang ke lembah Silindung. Ia bersimpuh dan berdoa: “Tuhan, hidup atau mati, biarlah aku hidup di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman-Mu. Amin!”

 Doa singkat inilah yang kelak dikenal dalam sejarah Zending sebagai motivasi bagi misionaris dan pelayan Tuhan dalam misi Pekabaran Injil di kalangan suku Batak mulai dari Silindung, Humbang, Toba, Samosir bahkan ke puak Batak lainnya di Simalungun, Karo, dan Pakpak.

MISIONARIS SUPRANASIONAL

 Penemuan Benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 dan pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan kolonialisme telah membuka daerah yang sangat luas bagi Pekabaran Injil atau zending. Pekabaran Injil mendapat minat yang sangat besar pada akhir abad ke-18 di Inggris dan terutama di Belanda dan Jerman pada abad ke-19.

 Keadaan ini lahir dari kesadaran baru di bidang pembangunan rohani usai Barat melampaui masa gelap Revolusi Perancis dan kejatuhan Napoleon pada tahun 1815. Abad ke-19 kemudian dikenal sebagai “Abad Pekabaran Injil” bersamaan dengan kemenangan Injil di benua-benua kafir.

 Serupa Gereja, Pekabaran Injil pada perkembangannya lebih bersifat supranasional, artinya, badan zending yang mengirim utusannya tidak harus berasal dari bangsa penjajah bersangkutan. Maka, ketika Indonesia di bawah jajahan Belanda, bukan hanya badan zending Belanda saja yang memberitakan Injil di Indonesia, tetapi juga badan zending yang berasal dari Amerika, Swiss, dan Jerman.

 Misionaris perintis pertama ke Tanah Batak berasal dari Inggris bernama Burton dan Ward. Utusan Babtist Chruch England, ini berkunjung ke Silindung pada Juli 1824 namun kehadiran mereka ditolak raja-raja dan penduduk Silindung.

 Dua utusan Gereja Boston Amerika  berusaha masuk ke Tanah Batak melalui  Adiankoting. Naas, mereka dibunuh Raja Panggalamei di Desa Sisangkak Adiankoting pada 28 Juli 1834.  (Konon, tubuh kedua pendeta itu dimakan setelah dibunuh, sehingga di kemudian hari ada cap negatif orang Batak yang kanibalis).

 Misionaris yang datang menyusul adalah Gerrit van Asselt.  Utusan Ds Witteven dari Kota Ermelo Belanda, ini tiba di Sumatera dan berpos di Sipirok pada Mei 1856 . Badan zending yang mengutus van Asselt sangat kecil bahkan karena tidak memiliki dana memadai membuat van Asselt membiayai sendiri tugas-tugasnya  sebagai penginjil. Ia bekerja sebagai opzighter (pelaksana) pembangunan jalan di Sibolga kemudian opziener (administrator) gudang kopi milik Belanda di Sipirok. Meski tidak membuahkan hasil yang optimal, peran van Asselt dianggap penting sebab di tangannyalah orang Batak pertama dibabtis sebagai orang Kristen, yaitu Jakobus Pohan dan Simon Petrus.

  Kongsi Witteven Ermelo kemudian mengirimkan beberapa misionaris untuk mendampingi van Asselt, mereka adalah FG Betz, Dammerboer, Koster, dan van Dallen. Mereka juga bisa disebut “Penginjil Tukang” karena mengabarkan Injil sembari bekerja sebagai tukang; untuk membiayai pekerjaannya sebagai penginjil.

 Pekabaran Injil di Tanah Batak membawa sukacita tersendiri dengan bergabungnya RMG yang berpusat di Barmen,  Jerman dengan Ds Witteven yang berpusat di Ermelo, Belanda.

 Sejak berdiri pada 23 September 1828, RMG telah mengabarkan Injil ke berbagai belahan dunia, dataran luas dan suku-suku bangsa yang besar seperti di Afrika dan Tiongkok. Pada tahun 1836 RMG sudah bekerja di Indonesia yaitu di Kalimantan.

 Dua peristiwa penting mewarnai masuknya Pekabaran Injil ke Tanah Batak. Pertama Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Hidayat di Kalimantan Tenggara (1859) Perang Banjar adalah perlawanan rakyat Kalimantan Tenggara  terhadap Belanda. Peristiwa yang menelan banyak korban jiwa, termasuk pendeta dan keluarga pendeta, memaksa misionaris Klammer tertahan di Batavia.

 Kedua, ketertarikan Pimpinan RMG  Friedrich Fabri terhadap Tanah Batak usai melihat dokumen penelitian Dr N van der Took mengenai suku Batak, dalam kunjungan Fabri ke Amsterdam pada tahun 1860.

 Atas dua peristiwa tersebut Fabri mengutus van Hoefen yang tadinya bertugas di Banjarmasin mengunjungi Tanah Batak. Berdasarkan laporan van Hoefen, Fabri kemudian mengutus Heine bersama Klammer yang tertahan di Batavia untuk menjalankan misi ke Tanah Batak. Mereka tiba di Sibolga pada 17 Agustus 1861 dan memilih Sipirok sebagai pos pelayanan.

 Klammer dan Heine melakukan koordinasi dengan van Asselt dan Betz.  Keempat misionaris supranasional ini melakukan pembagian tugas pada 7 Oktober 1861. Heine dan van Asselt berangkat ke wilayah Pahae kemudian menempati pos masing-masing di Sigompulon dan Pangaloan. Betz mendapat tugas di tempat yang sudah dibuka sebelumnya, yaitu di Bungabondar, dan Klammer di Sipirok.
Koordinasi pembagian tugas ini kemudian dikenal sebagai hari jadi HKBP.

BERKEMBANG DAN BERBUAH

Nommensen bukannya tak sadar atas bahaya dan resiko terparah karena ia hidup di tengah suku yang penuh permusuhan, penuh curiga, keras kepala, dan sukar menerima perubahan. Bukan saja dicerca dan ditolak, ia bahkan nyaris terbunuh. Perlahan-lahan, dengan memita perlindungan dari Tuhan dan tingkat kesabaran yang tinggi tak kenal putus asa, Nommensen berhasil menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak.

 Nommensen memiliki strategi yang cakap melalui pendekatan sosial budaya, mendirikan sekolah, mengupayakan kesehatan melalui balai-balai pengobatan, serta meningkatkan kesejahteraan jemaat melalui pertanian dan peternakan, serta meminjamkan modal. Sekolah-sekolah yang didirikan bukan hanya untuk mendidik penginjil pribumi tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah mulai dari sekolah dasar, menengah, dan kejuruan.

 Periode 1863 - 1881 dicatat sebagai peletakan dasar-dasar pertama Pekabaran Injil oleh Nommensen di Silindung dan Humbang. Tahapan ini dimulai dengan berdirinya jemaat kecil di Huta Dame yang dibangun pada 12 Juni 1864. Jemaat-jemaat yang baru pun semakin bertumbuh, sehingga untuk menampung aktivitas terkait maka Nommensen memindahkan pos ke Pearaja (Kantor Pusat HKBP sekarang) pada tahun 1872. Sejumlah misionaris didatangkan dari Jerman. Sekolah zending bagi pribumi dibuka di Pansurnapitu dan Simorangkir.

 Periode ini juga ditandai dengan penerjemahan kitab-kitab dasar untuk jemaat oleh Nommensen, yaitu Katekismus Kecil (1874) dan Perjanjian Baru (1878). Tata gereja yang pengaruhnya paling dalam serta lama karena berlaku sampai tahun 1930, diberlakukan mula-mula pada tahun 1881. Pada tahun ini juga Nommensen ditetapkan RMG sebagai Ephorus Huria Batak (kemudian HKBP).

 Periode 1881-1901 ditandai dengan semakin banyaknya jemaat yang didirikan di  Toba dan daerah-daerah kawasan Danau Toba. Misionaris juga semakin bertambah-tambah, begitu juga halnya dengan pendeta pribumi dengan ditahbiskannya pendeta-pendeta pertama pada tahun 1885.

 Pada tahun 1890 Nommensen menetap di Sigumpar setelah sebelumnya berpos di Laguboti. Alasan memilih Sigumpar karena letaknya strategis untuk menjangkau wilayah Uluan dan Pulau Samosir.

 Pada tahun 1903 Nommensen memimpin sendiri Pekabaran Injil hingga ke Simalungun. Di tangan misionaris dan pendeta pribumi yang cakap Pekabaran Injil semakin berkembang ke Tanah Dairi dan Sumatera Timur.  Dengan kepemimpinan yang kuat, pekerja yang banyak, latihan pengantar-pengantar jemaat yang cukup sejak awal, maka lama kelamaan Gereja Kristus di Tanah Batak tumbuh berkembang dan berbuah menjadi Gereja muda yang paling besar di dunia. Atas pengabdian Nommensen, ia menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn pada tahun 1904.

 Nommensen meninggal dunia pada 23 Mei 1918 dalam usia 84 tahun setelah mengabdikan diri di Tanah Batak selama 57 tahun. Pekabaran Injil yang dirintis Nommensen tidak pernah berhenti, bahkan jemaat yang dituntunnya dari kekelaman kini menyebar ke seantero Indonessia dan penjuru dunia.

 Bukan hanya jemaat HKBP yang setia mengenang dirinya. Orang-orang Batak Kristen dan beberapa denominasi gereja yang berakar dari HKBP juga tetap mengagumi, menghormati, dan menjadikannya teladan.

 Lilin terang telah menerangi kegelapan di kalangan suku Batak, semoga tak pernah padam akan tetapi senantiasa bersinar dan abadi sepanjang masa.

(Tulisan ini diolah dari berbagai sumber).
Selamat Ulang Tahun Bapak Frans Leburaya, Gubernur NTT.

58 Tahun perjalanan karier Bapak Sangatlah menginspirasi Anak-Anak Muda. Sejak Usia 40 tahun telah matang dalam dunia Politik dan menjadi nahkoda Provinsi NTT Selama 15 Tahun Sejak Bersama Senior Terkasih Bapak Piet A. Tallo.

Pernah sekali tepat hari Minggu dengan penuh percaya diri, saya mengirimkan pesan SMS untuk mengucapkan "Selamat Hari Minggu dan Selamat Beribadah untuk Pak Gubernur Sekeluarga" dan beberapa Bupati/Wakil Bupati. Tanpa Sadar kalau pulsa di Hp sudah habis. Ternyata Beliau membiayai pesan itu dan membalasnya.

Beberapa kali kritikan Kami Lewat Pernyataan Sikap dan Demonstrasi tentang permasalahan yang terjadi di NTT yang kami lakukan sebagai bentuk kecintaan kami terhadap daerah NTT ini.

Harapan Kami di Akhir Kepemimpinan Bapak adalah;

1. Moratorium Pengiriman TKI ke Luar Negeri dan upaya pencegahan Perdagangan Orang lewat sosialisasi ditingkat RT/RW, Desa/Kelurahan.

2. Pengawasan dan Memperketat Upaya Orang Baru masuk keluar NTT lewat jalur udara maupun laut. Meminimalisir potensi-potensi terorisme di NTT lewat sistem pengawasan Dukcapil, Pelni, Angkasa Pura, TNI dan Polri. Memperketat ijin pembangunan Tempat Ibadah Bagi Aliran-Aliran yang tidak jelas.

3. Mempertegas penggunaan dana Anggur Merah.

4. Memberi Sanksi kepada Dinas-Dinas yang Nakal. Dinas yang melegalkan segala cara untuk segala macam administrasi baik itu Dukcapil, Nakertras, 1 Pintu, PU dll.

5. Bersikap tegas terhadap ATR BPN yang bersekongkol dengan Para Investor mengambil, bahkan merampas tanah milik rakyat di beberapa Daerah. Sebut saja PT. PGGS yang merampas dan merampok lahan tambak garam seluas 3720 ha di Kabupaten Kupang sejak tahun 1992. Persoalan Pantai Pede dan Persoalan Pantai Marosi di Sumba Barat yang mengorbankan Bapak Poro Duka, Serta masih banyak persoalan tanah lainnya.

Kiranya di Berkati Selalu dengan semua tugas pelayanan yang Bapak jalani bersama Ibu Adinda Leburaya serta anak-anak terkasih.

Salam Kasih dari Keluarga Besar GMKI Kupang.

Tuhan Memberkati.
Ut Omnes Unum Sint.

Ucapan Ulang Tahun Untuk Anwar Pua Geno: Ketua DPRD Provinsi NTT


Selamat Ulang Tahun Pak Anwar Pua Geno, Ketua DPRD Provinsi NTT.

Sebagai Mantan aktivis, beliau sangat paham dengan Idealisme Mahasiswa dan Aktifis yang beberapa kali melakukan Demonstrasi dan Audiensi. Menerima Kemarahan dan Amukkan Massa ketika Pak Gubernur tidak merespon adalah hal biasa bagi Beliau.

Saya juga pernah marah dan membentak beberapa anggota Dewan dan ditenangkan oleh beliau.

Sebagai seorang pemimpin, Beliau menanggalkan dan Melepaskan Ego SARA, serta turun langsung ketika diminta untuk menerima aspirasi masyarakat. Terutama waktu Massa Aksi Meminta Keadilan Bagi Ahok dan Menuntut Pemerintah Membubarkan FPI beberapa Waktu lalu.

Dalam kesempatan ini kami meminta agar:

1) DPRD provinsi menggunakan Hak interpelasi untuk meminta keterangan  kepada gubernur mengenai kebijakan pemerintah provinsi yang Membangun Monumen Pancasila. Hal ini Berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara dikarenakan menghabiskan dana 30-an Milyar untuk pembangunan ini.

2) Menggunakan Hak angket DPRD provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah provinsi terkait Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia/Wanita ke Luar Negeri.

Kami mendoakan yang terbaik untuk pelayanan dan tanggungjawab Bapak Anwar bersama keluarga terkasih.

Tuhan Memberkati.

Perkembangan konflik dan upaya perdamaian Israel vs. Gaza/Palestina

Dalam konflik Israel vs. Gaza/Palestina, berbagai pihak dan entitas memainkan peran yang berbeda. Di bawah ini, saya akan merinci beberapa e...