(Tulisan ini direpost kembali oleh saya dari PDT SEMUEL VICTOR NITTI)
PENGANTAR
Meramu realitas pegumulan pengembangan ekonomi warga GMIT sebagaimana digumuli dan dikerjakan oleh GMIT dari perspektif kepemimpinan tidaklah mudah. Ada semacam kekaburan yang kompleks yang sulit diurai dari masa ke masa. Karena itu saya berusaha memenuhi permintaan Yayasan Afnekan dengan mencatat beberapa hal menurut pengetahuan saya, yang terbatas, semoga tanpa membias, dari realitas pergumulan GMIT mengenai masalah pengembangan ekonomi warga GMIT.
Tulisan ini dibagi dalam
tiga bagian utama yaitu catatan umum, pergumulan GMIT dalam pengembangan
ekonomi warga dan perspektif pengembangan ekonomi warga GMIT menuju masa depan.
Semoga dengan pendekatan ini saya memenuhi harapan Yayasan Afnekan sekaligus
menggambarkan dengan jelas “status perkara kita.”
Ekonomi berkaitan dengan pola hidup dan
tingkat perkembangan masyarakat. Sejak GMIT berdiri hingga kini paling tidak
terdapat dua pola aktifitas ekonomi yang semuanya berbasis pada tanah, pohon
dan laut. Ada komunitas warga GMIT yang lebih bergantung pada tanah dan pohon,
pada pohon dan laut atau tanah, pohon dan laut.
Masing-masing aktifitas memiliki variasinya. Ketiga pola tersebut
adalah:
Pertama, Kegiatan tani subsisten yaitu sistem aktifitas yang bergantung pada alam
(tanah dan pohon, pohon dan laut atau tanah, pohon dan laut) yang berinti pada
usaha untuk mempertahankan kehidupan “apa adanya.” Di sini belum ada usaha yang
bersifat pengembangan dalam arti menimbun kekayaan individu berlebih-lebihan.
Manusia bergantung penuh pada alam dan menerima apa yang disediakan alam.
Sisa-sisa pola ini masih nampak di banyak pasar desa dan kota di mana bisa
dijumpai para penjual dari desa yang menjual hasil-hasil yang disediakan alam
seperti cendawan, bangkuang, jambu
(kujawas) dll. Kebergantungan pada alam nampak pada siklus penjualan
bahan-bahan tersebut yang sesuai dengan siklus alam. Karena itu bahan- bahan
tersebut tidak dapat dijumpai di pasar pada sepanjang tahun, tetapi hanya
dijumpai pada waktu alam menyediakannya pada musim tertentu.
Kedua, kegiatan tani yang berorintasi pada pemenuhan kebutuhan hidup sekaligus
melayani pasar. Tahap ini terjadi ada pengaruh paling tidak dari dua faktor. Satu,
masuknya komunitas luar dengan sekolah, uang dan pasar. Adanya pasar yang
menyediakan barang-barang yang dapat dihasilkan sendiri oleh masyarakat desa
mendorong masyarakat desa untuk mengusahakan uang untuk membeli barang barang
kebutuhan tersebut. Uang diperoleh dengan menjual sebahagian hasil usaha
pertanian dan mengambil apa yang disediakan oleh alam. Di sini uang selalu
dilihat sebagai hasil usaha dan bukan modal. Dua, adanya proses
pembangunan yang mendorong masyarakat desa untuk membangun rumah dengan memakai
bahan-bahan yang tidak disediakan alam seperti semen, seng, bata, paku dan
peralatan rumahtangga yang baru. Dorongan ini ikut memacu pengembangan ekonomi
yang berbasis pada tanah dan pertanian. Usaha ini menyebabkan adanya hasil yang
harus dipasarkan ke luar......(Bersambung)