Tugas Semester VI Fakultas Teologi UKAW-Kupang Oleh Thyto Kolimo
TUGAS TEOLOGI AGAMA-AGAMA
ULASAN BUKU PERJUMPAAN DI SERAMBI IMAN
BAB 5 : KEMUTLAKAN KRISTUS
Bab
ini membahas tentang model Kristosentris dalam pendekatan terhadap agama-agama
dunia menurut pemikir teologis Hendrik Kraemer. Ada empat gagasan dalam bagian
ini, pertama tentang agama, dalam hal ini kita membahas tentang posisi agama
Kristen sebagai salah satu agama di dunia. Dalam hal ini, Kraemer berkeyakinan
bahwa setiap gagasan tentang agama manusia harus didasarkan pada Alkitab
sebagai catatan tentang pernyataan Allah. Hal yang kedua tentang konsep
realisme Alkitab yang menjelaskan tentang inti pesan dari Alkitab yang adalah
janji Allah kepada dunia dan umat manusia yang mencapai puncaknya dalam pribadi
dan karya Yesus Kristus. Dan juga membahas tentang kemutlakan Yesus Kristus
menurut pemikiran Kraemer. Bagian yang ketiga membahas tentang posisi agama
Islam dalam hubungan dengan penyataan Allah atau sebagai agama yang diwahyukan.
Kraemer
adalah salah satu pemikir kristen yang paling berpengaruh pada zamannya, khusus
dalam hal hubungan agama kristen dengan agama-agama lain serta berbagai budaya.
Dia juga adalah seorang penulis yang produktif pada zamannya, maka dari hal ini
kita di bawa untuk memgerti tentang gagasan penting Kraemer dalam hal yang
berkaitan tentang :
Ø Agama
sebagai prestasi manusia
E.C
Dewick menggambarkan sikap Kraemer terhadap agama-agama non-kristen dalam
kelompok rubrik “Answer of Aloofness”. Pengertian “Diskontiunitas” adalah
sebuah tema yang cukup menonjol dalam pemikiran Kraemer. Kraemer menyatakan
bahwa ada suatu perbedaan kualitatif yang absolut antara Allah dan manusia.
Sikap Kraemer ini mempengaruhi seluruh cakupan pemahaman tentang agama, baik
secara teologis maupun secara ilmiah.
Apa
itu agama ? kramer berpendapat bahwa semua agama adalah ‘sistem-sistem manusia’
atau ‘teori-teori kehidupan’. Agama- agama dipandangnya sebagai usaha manusia
untuk mengungkapkan ekspresi spiritual sebagai manusia dari seluruh segi
kehidupannya. Dari ilmu agama, kraemer mengatakan agama adalah salah satu dari
segi dari berbagai ekspresi kebudayaan manusia yang menonjol, dan merupakan
suatu unsur yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kesadaran manusia
seperti hukum, moral, kesenian, ilmu pengetahuan dan bahasa. Hal yang sangat
ditekankan adalah bahwa semua agama, baik yang lebih lebih maupun yang lebih
rendah semua filsafat dan pandangan dunia, merupakan berbagai usaha untuk
memahami totalitas keberadaan yang sering terasa indah tetapi yang juga sering
menimbulkan kesedihan atau bahkan mengelikan, karena tidak efektif.
Kraemer
selanjutnya menyatakan bahwa filsafat adalah usaha manusia untuk mencapai
pemahaman melalui ilmu pengetahuan dengan menggunakan akal, dan agama adalah
usaha yang sama dengan menggunakan hati
sedangkan teologi adalah suatu usaha untuk membuat refleksi pemahaman
yang berciri keagamaan tentang keberadaan dan kehidupan dalam suatu sistem
pemikiran yang logis.
Usaha
menuju pemahaman terhadap keseluruhan eksistensi sebagai suatu usaha manusia
yang universal ini menghasilkan data yang sama dan sejumlah simbol-simbol keagamaan
serta pandangan etis, meskipun dalam bentuk yang sangat berbeda. Data dan
simbol adalah hasil usaha sebagai objek penelitian yang menunjukan adanya
kesamaan-kesamaan yang signitifikan. Kraemer mengatakan entah kita hidup
bersama orang-orang yang menganut agama yang lebih tinggi maupun yang rendah
kita perlu menyadari bahwa pandangan keagamaan dan etika kita sendiri juga
dapat dinilai dengan agama-agama lain. Setiap agama harus juga dipandang
sebagai satu “organ” yang utuh dan unsur-unsurnya tidak dapat diuraikan secara
terpisah menurut satu sistem tertentu. Kraemer mengatakan setiap agama adalah
satu kesatuan dan tak terpisahkan setiap bagiannya selalu dihubungkan dengan
agama tersebut sehingga fungsi nyata makna serta tendesi tidak pernah dapat
dimengerti dan hidup tersebut dalam hubungannya dengan pemahaman yang
eksistensial di mana masing-masing dan memperoleh bentuknya.
Ø Kesadaran
religius
Dalam hal ini Kraemer dengan tegas mengatakan bahwa tidak
ada agama dalam satu pengertian yang tunggal. Artinya, tidak mungkin membuat
suatu definisi yang pasti dan berlaku umum mengenai apa itu agama, tetapi
Kraemer mengatakan bahwa ada sesuatu yang universal yakni agama. Kesadaran
religius merupkan suatu realitas empiris yang menyatkan dirinya dalam cara
subjektif berarti tipe khas keberagamaan setiap individu sementara yang
objektif adalah doktrin, mitos, kultus,
dan peribadatan yang membentuk struktur dan karakter dari setiap agama.
Ø Kualitas
dialektis kesadaran Religius
Dalam
hal ini, kraemer menempatkan agama sebagai suatu fenomena empiris dalam domain
teologis dimana “manusia bergulat dengan
Allah”, Allah menghakimi manusia artinya berbagai sistem agama dan moral umat
manusia adalah prestasi manusia itu sendiri tentang keseluruhan eksistensi.
Upaya pencarian Allah akan terus menerus menggangu dan menjadi problem sentral
manusia berusaha menghilangkan dirinya.
Kraemer
berpendapat bahwa Allah tetap menyatkan kehendaknya dalam sejarah manusia
dimana Dia terus bergulat dengan manusia. Perspektif dialektis inilah yang
membentuk seluruh langgam teologi Kraemer dan menjadi elemen yang sangat
penting dalam karya-karyaNya. Kraemer menyoroti kondisi dialektis manusia
dengan menerangkan bahwa kebenaran tentang manusia adalah bahwa dia dalam hal
agama yakni dalam seluruh keberadaan menemukan dirinya melalui kejatuhan dalam
kondisi dialektis yang tidak dapat menyelamatkannya yang selalu memberontak
padanya tetapi mau kembali padaNya.
Dari
defini ini jelas bahwa kondisi dialektis manusia merupakan satu elemen dasar
dari kesadaran keberagamannya. Oleh karena itu, tidak ada agama yang bebas dari
“kondisi berbahaya”sebagai manusia “makhluk ganda”. Manusia memang berasal dari
yang ilahi dan diciptakan sesuai dengan citra Allah, namun pada saat yang sama
dihancurkan oleh dosa. Dalam hal ini Kraemer menyoroti ada tiga bagian.
Pertama, bahwa segenap umat manusia setealah “kejatuhan”nya tetap berada dalam
kehendak Allah sebagai manusia yang diciptakanNya bagi kemitraan dan
persekutuan dengan-Nya. Kedua, masih berhubungan dengan yang pertama dimana
manusia secara total berpaling dari hubungan dengan Allah, karena Allah telah
mengadakan perjanjian abadi dengan umat manusia. Ketiga, sesuai dengan situasi
“kejatuhan” dunia, agama dan kebudayaan secara keseluruhan termasuk dalam
kawasan kehidupan manusia yang tidak tertebus. Maksudnya, manusia dengan agama
dan kebudayaan belum diciptakan kembali menurut citra Allah, yaitu menurut
gambar dan rupa Allah sebagaimana pada awal ia di ciptakan.
Asal
usul manusia yang ilahi dengan karunia-karunia besar yang diperoleh menjadikan
dia sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab untuk menguasai dan mengatur
ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya. Oleh karena itu, dapat mengembangkan
kebudayaan-kebudayaan dan peradaban yang menajubkan termasuk “agama-agama sebagai prestasi yang besar”. Dalam hal ini, Kraemer menegaskan bahwa semua
agama yang dihasilkan oleh prestasi manusia dengan berbagai sistemnya adalah
“sesat”. Dan sedang berada dalam
pengadilan ilahi. kraemer berkesimpulan bahwa agama-agama sama sekali tidak
memilki pengertahuan yang benar tentang Allah dan juga tentang kemanusian.
Ø Sikap
positif terhadap Agama
Dalam
hal ini, Kraemer menekankan bahwa apapun motivasinya dalam hubungan dengan sikap terhadap agama-agama dunia. Setelah
pemberontakan manusia terhadap Tuhan yang menyebabkan kejatuhannya, dunia tetap
berada dalam kekuasaan Allah yang telah menciptakannya. Allah tidak pernah
membiarkan dunia dan manusia ciptaan-Nya terlantar di dalam kejatuhan dosanya
sendiri. Walaupun manusia senantiasa melanjutkan kepedulian-Nya terhadap manusia
melalui insiatif rekonsiliasi-Nya untuk menjelaskan hal ini, merujuk pada doa
yang diajarkan pada Yesus “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam
surga”.
Kraemer
menolak semua bentuk sikap permusuhan dan sikap agresif terhadap agama-agama lain.
Dia mengajak sesama kristen untuk memiliki pemahaman yang benar tentang
berbagai tradisi keagamaan sesama di sekitarnya. Orang-orang kristen tegasnya
adalah sebagai anggota gereja kristen ditetapkan oleh Allah dunia. Kraemer
harus mempertimbangkan agama-agama lain dengan sungguh-sungguh. Alasan untuk
bersikap seperti ini adalah agama kristen sendiri harus diakui sebagai suatu
“agama” dan karenanya merupakan sebuah prestasi manusia pula ini, ini yang
kraemer disebut agama Kristen empiris. Kekristenan ini pada hakikatnya tidak
memiliki superioritas terhadap agama-agama lain.
Ø Agama
Kristen di antara agama-agama dunia
Bagi
Kraemer agama kristen harus dimengerti sebagai salah satu agama dunia yang sama
kedudukannya dengan agama-agama lain. Jadi, tidak alasan bagi orang-orang
kristen untuk mengerti agama-agama lain. Agama kristen sebagai suatu fenomena
historis yag terkenal yang termasuk dalam dunia sejarah dan sejarah gereja.
Konsep ini merupakan salah satu pengaruh fari ilmu perbandingan agama yang
telah banyak mempengaruhi kemurnian pandangan religius. Ini juga yang merupakan
hasil semakin konsistennya pemikiran teologis yang didasarkan pendalaman
tentang “rahasia-rahasia pemikiran Alkitab”.
5.2
Alkitab dan Penyataan Allah
Pandangan
kraemer tentang gagasan fundamental tentang “penyataan Allah” dan “iman
kristen” sebagaimana yang digambarkan oleh alkitab.
Ø Alkitab
: sumber pengetahuan tentang penyataan Allah.
Dalam
hal ini Kraemer berpegang pada alkitab yang merupakan satu-satunya sumber pengetahuan
yang sah tentang substansi iman Kristen. Yang menegaskan tentang jawaban yang
paling tepat terhadap pertanyaan “apa itu agama kristen ?” adalah “apa yang
dikatakan di dalam alkitab”. Alkitab
bukanlah merupakan sebuah kitab tentang pemikiran kristen melainkan sebuah
kitab yang secara radikal sangat teosentris. Allah adalah Allah dan adalah raja
yang sejati. Allah memilki pengaruh yang
sangat menentukan bagi dunia, manusia dan posisinya.
Jadi
alkitab, secara radikal bahwa Allah, kehendak-Nya tindakan-tindakan-Nya,
kasih-Nya dan penghakiman-Nya adalah awal dan akhir dari semuanya. Dan sedang
melaksanakan kehendak-Nya untuk membawa manusia dan dunia pada hubungan yang
langsung dengan-Nya.
Alkitab
juga harus dihadapi secara serius sebagai pedoman yang sah dan normatif bgai
pemikiran teologis kita. Karena alkitab menjelaskan tentang berbagai tindakan
dan rencana-rencana ilahi dalam hubungan
dengan penyelamatan umat manusia dan dunia, bukan tentang pengalaman religius
atau gagasan-gagasan. Ini bukan berarti
Kraemer tidak mengakui penyajian alkitab tentang pengalaman-pengalaman religius
yang penting atau gagasan manusia itu menjadi tema sentral alkitab.
Ø Realisme
Alkitab
“Realisme”
menurut Kraemer adalah keterbukaan yang jujur terhadap segenap realitas. Dalam
hal ini ada penekanan bahwa pesan alkitab adalah selalu tentang Allah yang
hidup dan kekal, yang selalu aktif mencari dan menemukan umat-Nya. Oleh karena
itu, realitas bersifat “teosentris”.
Realitas
yang di maksudkan menunjuk pada adanya perbedaan yang radikal antara Allah dan
manusia. Allah adalah Allah sang pencipta dan manusia makhluk ciptaan. Realitas itu mencakup pada kemungkinan manusia
untuk berkomunikasih dengan Allah dan di lain pihak kemungkinan manusia untuk
tidak mencari perintah-perintah Allah. Dalam hal ini alkitab juga menjelaskan tentang
Allah alkitabiah dan realitas tentang manusia keduanya adalam perspektif
teosentris. Jadi pandangan Kristen atau
teologi kristen menurut Kraemer walaupun bersumber dari penyataan alkitab tidak
dapat dianggap sebagai hal yang esensial dari iman kristen.
Untuk
itu itulah kita dapat menyimpulkan bahwa alkitab adalah tidaklah memaparkan
gagasan tentang Allah maupun teori tentang manusia, melainkan menyajikan
tentang realitas yang harus dipahami manusia dengan penuh kesadaran. Artinya
manusia telah hancur dan Allah selalu berusaha membawa kembali.
Ø Kemutlakan
Yesus Kristus
Realisme
inilah yang dipahami sebagai teologi agam kristen dan karya Yesus Kristus.
Pernyataan kristen tampak dalam berbagai kehidupan dan karya Kristus bersifat
mutlak dan pasti karena dia memberikan perhatian pada Allah yang besar,
kehendak Allah, pemikiran, dan gagasan Allah tentang manusia dan dunia.
Jadi
Kraemer memahami penyataan Allah sebagai “tindakan khusus” Allah. Ini berarti
bahwa sejarah penyataan Allah sebagai tindakan ilahi yang menjadi otoritas
Allah sendiri yang dinyatakan secara lengkap dan sempurna dalam Yesus Kristus
yang telah masuk dalam sejarah dunia. Tindakan ini berkaitan dengan anugerah
ilahi untuk manusia yang tersesat yang karenaNya penyataannya dinyatakan.
Ø Iman
Kristen dan Agama Kristen Empiris
Kraemer
menempatkan agama kristen dengan menggunakan pernyataan Allah untuk
tujuan-tujuan kemanusiaan dibawah “terang pribadi Yesus Kristus yang merupakan
penyataan Allah dan memiliki otoritas untuk mengkritik setiap agama. Tidak ada
kontiunitas yang sah atau asli antara agama-agama manusia dengan penyataan Allah
dalam Yesus Kristus. Kraemer menegaskan bahwa hubungan antara dua dunia yang
dimanifestaikan dalam seluruh rangkaian pengalaman dan usaha-usaha keagamaan
bukanlah kontinuitas melainkan diskotinuitas.
Dalam
hal ini Kraemer sama sekali tidak beranggapan bahwa agama Kristen sabagai salah
satu dari agama-agama dunia mempunyai nilai absolut. Sifat ekslusif agama
kristen tidak didasarkan pada kebenaran dan menyatakan kepada yang lain bahwa
dia memiliki kebenaran tersebut. Agama
kristen besumber dari penyataan Allah dalam Yesus Kristus jika yang dipahami
adalah imannya. Dan perilaku etisnya maka benar bahwa agama kristen memiliki
tentang Allah. Kraemer berkisar tentang sekeliling dua kutub, yang pertama
kutub teologis adalah pengetahuan tentang Allah atau sang ilahi. dia adalah
Allah yang dalam rangka mendamaikan dunia dan manusia dengan diri-Nya yang
memanifestasikan kesucian-Nya serta kasih-Nya. Kedua, adalah kutub antropologis yakni
pengetahuan tentang manusia. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai anak
sekaligus mitraNya. Kedua kutub
pengetahuan kristen dengan agama-agama lain. Dalam hal inilah agama kristen
hendaknya memilki iman kristen yakni dengan sepenuh hati menghargai dan
menerima penghakiman dan kasih Allah. Namun
uniknya, bahwa ia memilki pengetahuan yang bersumber dari penyataan Allah yang
membuat ia memilki iman kristen.
Ø Agama-agam
dalam terang penyataan Alkitab
Kraemer
berpendapat bahwa sikap alkitab terhadap bukti-bukti kesadaran dan
produktifitas religus manusia merupakan sebuah elips dengan dua fokus, yaitu
fokus yang pertama adalah keyakinan yang teguh akan kebenaran alkitabiah yakni
pengenalan dan hormat akan Allah abraham, Ishak, Yakub dan Bapa dari Tuhan
Yesus Kristus yang merupakan satu-satunya agama yang benar. Dan fokus yang
kedua adalah bahwa ada berbagai manisfestasi baik secara positif dan negatif.
5.3
Islam: Agama Penyataan
Ø Klasifikasi
agama-agama
Kraemer
berpendapat ada cara untuk mengklasifikasi semua agama manusia menurut
sifatnya. Kata “saviours” dari “legalist atau ceremonial religiuos”. Dalam hal ini juga dibagi dalam “agama
primitif atau agama naturalis” dan agama-agama peradaban atau agama budaya. Agama-
agama dari kategori naturalis yang berkesadaran transempris memandang realitas
sebagai suatu kesatuan kosmik dengan suatu pendekatan totaliter. Manusia adalah
bagian dan aspek dari keterlibatan alam. Dan merupakan bagian integral dari
para dewa sebagai komunitasnya, sehingga tidak terdapat apa yang di kategorikan
sebagai kebenaran absolut. Kraemer dengan istilah “kesadaran transempris”
menunjukan bahwa manusia memahami semua bentuk meditasi, kegiatan keberagamaan,
konsentrasi kerohanian, pertapaan dan sebagainya sebagai kesadaran dan
pemahaman identitas diri yang sesungguhnya dengan realitas ilahi. Namun
semuanya itu adalah kegiatan-kegitan yang berpusat pada diri manusia sendiri.
Ø Islam
: dalam bayangan realisme alkitabiah
Kraemer
berpandangan bahwa agama islam adalah salah satu agama pernytaan yang profetis
? berdasarkan sejarah, agama islam, adalah agama yang sebenarnya merupakan
cabang dari rumpun agama yang di nubuatkan. Dalam hubungan ini, Kraemer
menyatakan bahwa suatu hubungan historis antara Kristen dan Islam.
Kraemer
mengakui agama Islam sebagai agama penyataan yang profetis. Dengan menempatkan
pengakuannya ini berdasarkan pendiriannya tentang realisme alkitabiah hal ini
sangat berbeda. Dasar agama kristen adalah firman yang menjadi manusia (Yesus
Kristus) sedangkan dasar agama islam adalah firman menjadi kitab (Qur’an). Kraemer
mengakui makna religius dari penyataan ilahi dalam agama islam. Yakni membantu
para pengikutnya menumbuhkan pengertian mendalam tentang nilai dan eksistensi
kebenaran yang absolut.
Ø Teosentris
Radikal
Inti
agama islam terletak pada tujuan religiusnya yang mulia, yakni menyartakan
Allah yang maha kuasa, pencipta dan Raja yang memiliki Hari Penghakiman Akhir.
Jadi, agama islam “sangat teosentris” dan dengan demikian agama islam menyatkan
asal-usulnya yang profetis dengan cara yang paling jelas.
Ø Agama
Sederhana
Kraemer
percaya bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang sederhana tetapi memiliki
“banyak teka-teki”. Keserdahanan dan kemurnian agama islam sebagai agama tampak
dalam beberapa hal. Kraemer mengganggap agama Islam sebagai agama sederhana.
Hal pertama adalah eksternalisasi dan pemfosilan penyataan. Maksudnya, untuk
memahami penyataan Allah dengan “membacanya” atau “menghafalnya”. Hal kedua
yang ditunjukan Kraemer adalah hal-hal yang berhubungan dengan dosa dan
keselamatan sebagai masalah inti dalam agama profetis. Dalam agama islam,
hal-hal ini telah pandangan yang fragmentasi dan supersial dengan “pengungkapan
yang sangat sederhana dan kurang menyakinkan tentang teori tabula rasa pikiran
manusia mengenai asal-usulnya dan mengenai rahmat Allah”. Akibatnya,
keseluruhan drama keselamatan yang begitu hidup antara Allah dan manusia sama
sekali tidak tampak, padahal justru secara historis agama Islam adalah salah
satu bagian dalam drama. Dan hal ketiga adalah hubungan antara iman dan
perbuatan, menurutnya Kraemer diskusi yang luas dalam sejarah dogma agama Islam
tentang hubungan kedua aspek ini tidak menyentuh isu religis yang lebih dalam
yakni pentingnya iman dan perbuatan dalam hal keselamatan. Ada dua konsepsi
tentang iman dalam agama Islam yang berasaldari Qur’an. Pertama adalah yang
disebut “konsepsi intelektualististik” yang menganggap iman sebagai suatu
“penderitaan batin” yakni “mempertahankan sesuatu sebagai kebenaran melalui
hati dan mengakuinya dengan lidah”.
Ø Sikap
Terhadap agama Islam
Hal
pokok yang menjadi dasar pertemuan antara gereja Kristen dengan agama
non-kristen seharusnya bertitik tolak pada “keberadaan misionaris” yang
mengemban dua tugas, yakni kesaksian dan pelayanan.
5.4
Hubungan antaragama
Ø Urgensi
Dialog
Dalam
hal ini, Kraemer memberi perhatian pada latar belakang sejarah pertemuan Timur
dan Barat yang menuntut perlunya dialog dimasa mendatang. Pertama memberikan
keterngan, setelah itu melakukan observasi mengenai hubungan kebudayaan Timur.
Dalam hal ini ia berpendapat bahwa situasi dunia yang di tandai oleh
kebangkitan agama-agama besar. Dalam situasi ini “dialog” antar agama-agama
dunia sangatlah penting.
Ø Dialog
dan Toleransi
Kraemer
mengatakan toleransi merupakan suatu gejala perilaku agama yang paling benar
dan penting dalam menghadapi kesulitan demi kerja sama antarumat agama. Dalam
hal ini kramer menyatakan bahwa hubungan dan kerja sama antar agama atau antar
iman.
Ø Etika
Dialog
Suatu
strategi yang menyeluruh dan bertanggung jawab tentang relasi antaragama. Hubungan
antaragama atau antariman dapat disebut sebagai “persahabatan antar agama”
perlu didorong ke arah berbagai bentuk kerja sama antaragama dalam rangka
mencari jalan guna melayani seluruh komunitas.
Ø Misi
Kristen dan Tujuannya.
Tugas mulia para peserta Kristen
di dalam dialog antaragama adalah menunjukan keterbukaan pemikiran dan
keinginan untuk belajar. Sikap ekslusif agama Kristen bukanlah sikap arogansi
religius orang-orang Kristen yang peduli dengan sikap rendah hati dan inklusif
terhadap agama non kristen. Namun menghindari sifat ekslusif kristen.
Ø
Komunikasih
dan Sinkretisme
Yang menjadi masalah antarumat
Kristen dan penganut agama non Kristen adalah mengkomunikasih injil. Komunikasih
adalah “komunikasih antara” yang
bertolak dari pemikiran tentang pentingnnya hubungan antar agama. Untuk membuat
komunikasih benar-benar sesuai dengan inti iman kristen, kraemer mengingatkan
adanya bahaya sinkretisme.
Ø
Berdoa
bersama dalam “saat teduh”
Pandangan Kraemer tentang doa
bersama adalah suasana doa dimana semua orang yang hadir mendiamkan dirinya di
hadapan Allah menurut keyakinannya masing-masing sambil berdoa dalam bentuk
bisikan suara hatinya.
5.5 Dua Suara Pendukung
Jhon Herman dan Lesslie mempunyai
pendapat yang sama dalam hal kemutlakan Yesus Kristus sebagai kebenaran yang di
dalamnya Allah menyatakan diri-Nya.
v Jhon Herman
Memilki gagasan tentang :
Ø
Agama
sebagai Jawaban
Agama pada dasarnya adalah suatu
media di mana manusia menjawab dan beraksi terhadap penyataan Allah. Dan
merupakan jawaban manusia terhadap penyataan ilahi yang di duga sebagai yang
ilahi. misteri paling dalam adalah kepedulian Allah terhadap manusia dan respon
manusia terhadap penyataan Allah. Kesadaran inilah yang dapat menghasilkan
kesamaan-kesamaan yang disebut “five
magnetik points” sebagai berikut :
a)
Hubungan
antara manusia dengan kosmos
b)
Hubungan
antara manusia dengan norma
c)
Hubungan
antara manusia dengan misteri-misteri keberadaannnya
d)
Hubungan
antara manusia dengan keselamatan
e)
Hubungan
antara manusia dengan kekuatan ilahi
Kelima pokok ini merupakan lima
pertanyaan magnetis yang menarik perhatian manusia.
v Lesslie Newbigin
Memilki gagasan tentang :
Ø
Tujuan
Dialog
Tujuan dialog dengan para
penganut agama non kristen adalah untuk menjadi saksi setia Yesus Kristus yang berindikasi merendahkan penghormatan
terhadap Yesus Kristus sama sekali tidak mungkin di lakukan oleh umat Kristen. Pandangan
newbigin ini bersumber pada misi Kristen yang di dasarkan pada kepercayaan
fundamental yang di wujudkan dalam penegasan bahwa Allah menyatakan diri-Nya
sebagai Bapa, Putra, dan Roh kudus. dan menegaskan arti dari misi kristen yang
di bagi dalam tiga cara, pertama “mewartakan kerajaan Bapa”,yakni dalam “iman
dan kasih” kedua “mengambil bagian dari kehidupan putra” yakni misi dan yang
ketiga adalah “memberi kesaksian tentang Roh kudus” yakni misi sebagai
“pengharapan dalam aksi”.
KESIMPULAN
a) Kraemer memahami agama sebagai
wahana di mana manusia berusaha untuk berhubungan dengan yang ilahi. dan agama
yang tidak sesat adalah agama yang berasal dari penyataan ALLAH. Jadi, Kraemer
mengonfrontasi agama dengan pewahyuan.
b) Alkitab sebagai kesaksian tentang
penyataan Allah yang menyatakan bahwa Yesus
Kristus sebagai titik kulminasi penyataan Allah adalah sang penebus dan
Hakim umat manusia yang mutlak termasuk kehidupan religiusnya.
c) Hubungan islam dan kristen harus
dapat di mengerti melalui semangat kesaksian alkitab.
d) Kraemer menekankan hubungan
antaragma dengan agama lain.
e) Satu-satunya agama tugas yang sah
dari agama kristen dalam menjalin kerja sama dengan agam-agama lin untuk
mencari solusi secara bersama-sama.
f) Bavinck dan Newbigin berada dalam
posisi Kraemer dalam pemahaman mengenai kemutlkan Yesus Kristus. Dalam hubungan
penyataan Allah yang umum, Bavinck melihat secara positif campur tangan Allah dalam
kehidupan keberagaman umat manusia. Dan Newbigin menekakan perlunya umat
Kristen memahami adanya “terang keselamatan” dalam berbagai agama dunia sebagai
jalan masuk untuk mengadakan dialog dengan agama non-kristen.
Bab 6 : Presensia Kristen di Tengah Agama-agama
Lain
Kenneth
Cragg adalah salah seorang yang menekankan arti presensia kristen sebagai
langkah terpenting dan efektif dalam rangka hubungan antaragama antara umat
kristen dan umat beragama lain. Gagasan penting itu dapat dibahas dalam dua
bagian, yakni pertama akan membahas tentang perlunya sebuah teologi (kristen)
mengenai kemajemukan yang bersumber dari ucapan Yesus Kristus. Bagian kedua
tentang beberapa interprestasi yang penting tentang syahadat islam. Dua bagian
terakhir akan di bahas dalam kebersamaan mengenai kristen dan muslim dan
hubungan dengan inti terdalam dalam iman kristen.
6.1
Perlunya sebuah Teologi Pluralisme Religius
Ø Sumber
: “Damai Sejaterah bagimu”
Ucapan
Yesus dapat di jadikan sebagai sumber dalam teologi kristen tentang kemajemukan
keagamaan. Damai sejaterah dari ucapan salam kristen mencakup dua aspek. Aspek
pertama, adalah suatu kepeduliaan yang wajar terhadap orang lain, yakni umat
yang berada dalam komunitas kristen. Aspek kedua adalah kesediaan untuk
melibatkan diri dalam dunia ini.
Ø Sifat
ganda Agama Kristen
Keberadaan
kita adalah bagian tak terpisahkan dari realitas kemajemukan agama-agama. Oleh
karena itu kita perlu menghentikan ungkapan “non kristen” karena hal ini membuat orang kristen menjadi
komunitas yang arogan karena secara gegabah memosisikan umat beriman lain
menurut keputusan sendiri.
Ø Prensia
Kristen
Kehadiran
kristen berada dalam posisi yang penting tanpa harus bersikap absolut atau
memegang teguh premis-premis positif dan negatif. Hal ini berupa kehadiran yang
lebih mengutamakan terjadinya perubahan suasana internal agama-agama termasuk
kristen yang pada gilirannya berdampak pada relasi antariman.
Singkatnya
prensensia kristen adalah kehadiran umat kristen yang total dan aktif dalam
kebersamaan hidup dalam segala aspek. Dari hal inilah, orang kristen menyadari
pentingnya membangun kerangka teologi pluralisme religius secara proporsional.
6.2
Panggilan Menara Masjid dan Umat Kristen
Ø Panggilan
bersama
Ø Adhan
sebagai sebuah kredo
Ø Panggilan
untuk hidup benar
Ø Panggilan
untuk memahami
Ø Panggilan
untuk berpartisipasi dan pemulihan
Ø Panggilan
untuk interpretasi dalam pengharapan dan iman
6.3
Berteologi dengan “tema bersama”
Ø Teologi
Takbir
Ø Tiga
aspek Takbir
6.4
Berhimpun bersama di serambi doa
Ø Dari
“pembicaraan tentang” (teologi) ke “berbicara kepada” (berdoa)
Ø Devosi
bersama : kesempatan atau tantangan
Ø Dalam
nama Yesus Kristus ?
6.5
Ukuran Kristus
Ø Presensia
Kristus di dalam iman yang lain.
Ø Problem
konversi
6.6
Adakah suara yang sama dengan suara Craag ?
Kosuke Koyama
Ø Mendengarkan
“shema” agama-agama dunia
Hans King
Ø Sikap
Oikumenis terhadap agama-agama lain
Ø Dialog
dengan islam
Kesimpulan
a)
Tidak ada refleksi teologis yang
meyakinkan atas kenyataan pluralisme agama tanpa suatu hubungan sejati dengan kehidupan
beragama komunitas-komunitas lainnya.
b)
Panggilan menara mesjid adalah panggilan
kepada umat Muslim dan umat kristen.
c)
Umat muslim dan kristen dapat dan harus
berusaha bersama-sama dalam membangun suatu refleksi teologi.
d)
Koyama menyajikan pendiriannya terhadap
Yesus Kristus dalam konteks Asia. Sementara King beruasaha memahami perihal
kenabian dalam islam dan arti Quran sebagai firman Allah.
Bab 7 : Bahasa Teologi Global
Wilfred
cantwell Smith adalah teolog dan ahli sejarah yang mengabdikan kehidupan dan
karier. Smith memilki gagasan tentang uamt manusia yang panjang dan dua
komponen dasar yaitu : “iman” dan “tradisi”.
7.1
kehidupan religius sebagai partisipasi dalam proses
Agama
pada umumnya digunakan dalam empat pengertian. Pertama berkaitan dengan
pengertiaan tentang kesalehan pribadi, kedua berkenaan dengan entitas historis
yakni berhubungan dengan sistem. Ketiga merujuk pada sistem yang ideal yang
lebih sekedar entitas aktual. Dan keempat berhubungan dengan agama dalam
pengertian generik atau umum.
7.2
iman personal dan tradisi kumulatif
Iman
menurut Smith menunjuk pada relasi antara manusia dengan Allah antara manusia
sebagai realitas kodrati dengan Allah sebagai realitas adikodrati. Dan di ekspresikan dalam tradisi religius. Jadi
iman secara personal adalah berbicara tentang kesadaran dari orang yang
beragama atas keterlibatannya dalam suatu hubungan kreatif dengan yang
transenden dan yang ilahi.
7.3
Iman
Manifestasi
dari satu kualitas manusia yang global yakni iman, umat beragama dan memahami
dunia.
Kesimpulan
a)
Smith, Hick dan Samartha sependapat
dalam upaya suatu pemahaman yang tepat mengenai hubungan antaragama kristen
dengan agama dunia lain. Dan cenderung mengadakan pendekatan dalam masalah ini.
b)
Smith
berpendapat kehidupan keberagaman umat kristen adalah suatu partisipasi
dalam seluruh sejarah kehidupan keberagamaan.
c)
Dalam hal ini ada dua aspek yang
membentuk unsur-unsur agamayakni Iman dan Tradisi. Iman di pahami sebagai
kualitas personal dan tradisi sebagai sesuatu yang komulatif. Ini berarti bahwa
tradisi adalah sebuah entitas yang bergerak dan berubah dalam suatu proses
kehidupan keberagamaan umat manusia yang senantiasa yang berubah.
d)
Smith percaya bahwa hubungan
muslim-kristen dari perspektif yakni dari perspektif iman, bahwa dengan iman
mempertemukan kedua komunitas ini sedangkan kepercayaan yang membedakann
mereka.
Bab 8 : Retrospeksi Beberapa Isu
Tematis
Ø Hubungan
antaragama-sebuah iktisar
Merupakan
bagian integral dari eksistensi keduanya sebagai agama dunia. Hubungan
antaragama merupakan salah satu indikator penting dari kualitas hubungan antara
seseorang dengan Tuhan. Berarti pula hal berada dalam hubungan yang berada
dalam hubungan dengan mereka dengan iman.
81.1
Pengusahaan tanggapan yang tepat terhadap tantangan-tantangan bersama
Tantangan
bersama adalah keadaan-keadaan yang dihadapi agama-agama dunia yang menuntut
mereka adalah mengatasinya. Disini
Kraemer melihat adanya hubungan antaragama dari perspektif yang dapat mendorong
kita agama-agama dunia sekalipun duni ini telah dilanda krisis yang
menglobal. Disini kerja sama yang
dimaksudkan adalah “kerja sama” dan “saling pengakuan” antar agama kristen dan
non kristen.
8.1.2
Pemenuhan Tugas-tugas misioner
Tugas misioner bersama ini berakar pada
pemahaman tentang penyerahan diri secara total pada Allah yang memanifestasikan
dalam perjuangan total melawan kejahatan.
8.1.3
Hal mengambil bagian dalam tradisi
Merupakan
seseuatu yang tidak dapat dan tidak boleh dihalang-halangi karena merupakan
bagian penting dalam setiap agama.
8.1.4
Prinsip Intereligi
Hubungan
kristen dan islam perlu ditingkatkan dan di kembangkan.
8.1.5
Prisnsip Keesahan
Menekankan
bahwa secara historis semua agama dunia berasal dari satu agama orisinal yaitu
agama dunia yang berasal dari satu agam orisinal yaitu agama yang telah
ditetapkan Allah sejak awal keberadaan manusia.
Kesimpulan :
a) Masalah
hubungan antar islam dengan kristen adalah masalah yang interen dan mempunyai
satu panggilan yang harus di jawab untuk membicarakan hubungan diantar mereka.
b) Berbicara
tentang islam dengan kristen berarti berbicara akan kehendak Allah yang
dinyatakn dalam kehidupan bersama.
c) Peran
Yesus Kristus bagi kedua agama ini adalah untuk mendorong pengembangan
kehidupan spritualitas keduanya.
d) Tugas
bersama ini dapat mengatasi secara bertanggung jawab dalam berbagai masalah dan
tantangan besar yang siap menghadang kedua umat lainnya.
Bab 9 : Kesimpulan dan Prospek
Ø Beberapa
Catatan Kesimpulan
Kesimpulan
yang pertama berhubungan dengan dua ciri utama dari setiap agama : karakter
universal dan karakter partikular. Kedua aspek ini terdapat dalam agama dunia.
Kesimpulan kedua akan dilihat bagaimana dua ciri agama ini dapat mendukung dan
mendorong suatu perjumpaan yang sehat dan mendalam antarkomunitas keagamaan
dunia.
Kesimpulan
a) Banyak
persolan dan implikasi dalam studi ini.
Hubungan antar kedua agama sangat mempengaruhi iklim dan kehidupan politik dan
kemasyarakatan. Usaha- usaha dalam menjaga dan meningkatkan kerukunan dalam
kehidupan kedua komunitas keagamaan ini telah berketetapan hati untuk hidup
bersama dalam saru bangsa indonesia bersama penganut agama lain. Iman kristen
dan gereja telah berkembang sesuai dengan konteks Islam. Dengan upaya yang cermat dalam mempelajari
interaksi kedua komunitas di Indonesia kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa
kita benar-benar saling membutuhkan.
b) Masalah
doa bersama menjadi latar belakang yang tentu hakikat personal dari doa dan
apapun yang dilakukan oleh islam dan kristen dalam hubungan antariman dapat
dirasakan dan teralami dalam kehidupan iman komunitasnya masing-masing dalam
kesadaran bahwa kita semua adalah “Anak-anak Abraham”
c) Dalam
hal ini Kraemer menyarankan doa dalam hati dalam pertemuan dan dialog
antariman, sehingga tanggung jawab bersama dapat dipikul dengan rasa
persaudaraan sejati. Hal terakhir yang
harus diperhatikan adalah tujuan doa. Dengan doa kita dapat menyadari kemuliaan
Allah yang tiada taranya, abadi, dan mutlak. Inilah alasannya kita memanjatkan
doa dengan mengatakan “soli Deo Gloria” segala kemuliaan bagi Allah dan “Allahu
Akbar” Allah maha besar dan bkan “soli
Cristiano gloria” segala kemuliaan bagi
umat kristen juga bukan muslim akbar
umat muslim mahabesar. Semua jawaban atas kerukunan agama hanya dapat diperoleh
melalui usaha studi dan perjuangan bersama semacam dalam konteks hubungan
antariman.