Kamis, 07 Juli 2016

DEFINISI KEPEMIMPINAN KRISTEN


Apakah arti kepemimpinan?  Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

  1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk  mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

  1. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

  1. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).


Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. 

Selasa, 05 Juli 2016

26 KARAKTER PEMIMPIN SEJATI KARYA JOHN MAC ARTHUR



TUGAS LAPORAN BACA TEOLOGI DAN MENAJEMEN Oleh Thyto Kolimo 



26 KARAKTER PEMIMPIN SEJATI
1.      SEORANG PEMIMPIN HARUS DAPAT DIPERCAYA
Adalah memiliki integritas pemimpin sejati yang takut akan Tuhan. Sebab seorang pemimpin bukanlah seorang yang berambisi pada kesuksesan dan kepentingan pribadi. Seorang pemimpin yang sejati akan bekerja keras untuk membuat orang-orang di sekelilingnya mencapai keberhasilan.
2.       SEORANG PEMIMPIN BERANI MENGAMBIL INISIATIF
Seorang pemimpin tidak akan duduk diam dalam situasi sulit. Oleh karena itu, seorang pemimpin akan muncul penuh keberanian di tengah krisis dengan cara mengambil inisiatif stategis. Dan ia juga bangkit dan membangun.
3.      SEORANG PEMIMPIN BISA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG BAIK
Seorang pemimpin yang baik selalu mempertimbangkan baik-buruknya sebuah keputusan. Ia sadar bahwa memang ada resiko yang mungkin timbul, namun dengan cermat menghitung seberapa besar resikonya
4.      SEORANG PEMIMPIN BERBICARA SECARA BERWIBAWA
Seseorang disebut berwibawa jika nada suaranya kuat, berbobot dan dilandasi dengan sumber yang dapat dipercaya. Karena mereka yang mencintai kebenaran akan mengikuti seorang pemimpin yang menyampaikan kebenaran Allah secara berwibawa dan berwewenang.
5.      SEORANG PEMIMPIN MENGUATKAN ORANG LAIN
Tujuan seorang pemimpin sejati adalah untuk membuat orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, ia memberi semangat serta menguatkan mereka yang berada dalam situasi krisis untuk percaya bahwa masih ada masa depan. Ia juga akan memberi mereka alasan untuk berharap ketika tak seorangpun memiliki harapan lagi.
6.      SEORANG PEMIMPIN BERSIKAP OPTIMIS DAN BERSEMANGAT
Semangat dan optimis dapat mengilhami para pengikut. Manusia secara alami mengikuti seorang pemimpin yang dapat membangkitkan harapan. Sebaliknya, manusia akan menjauhi orang yang senatiasa bersikap pesimis.
7.      SEORANG PEMIMPIN TIDAK PERNAH BERKOMPROMI UNTUK HAL YANG BERSIFAT MUTLAK
Kepemimpinan adalah pengaruh. Yang dipertaruhkan adalah kecakapan, bukan posisi. Boleh-boleh saja menawar untuk memilih mana yang harus didahulukan, dari beberapa pilihan. Namun untuk sesuatu yang bersifat prinsip, tak ada komprominya. Pemimpin sejati memahami hal ini dan mengetahui sejauh mana garis batas yang tidak boleh dilanggar.
8.      SEORANG PEMIMPIN MEMUSATKAN PERHATIAN PADA SASARAN BUKAN HALANGAN
Dalam keadaan yang mendesak sekalipun, pandangan seorang pemimpin tidak terpusatkan dan tidak terhalangi badai atau halangan. Sebab ia sudah mengarahkan pandangannya pada sasaran yang hendak di capai.
9.      SEORANG PEMIMPIN MENGUATKAN DAN MEMBERDAYAKAN ORANG LAIN MELALUI TELADAN HIDUPNYA
Untuk menjadi seorang pemimpin, maka perlu belajar dari seorang Paulus. Karena, ketika di tengah situasi di mana orang biasanya menyerah, Paulus mengambil alih tugas dan tampil sebagai teladan bagi semua orang yang terpanggil sebagai pemimpin.
10.  SEORANG PEMIMPIN MEMUPUK KESETIAAN PARA PENGIKUTNYA
Kesetiaan merupakan suatu kebajikan yang sangat mulia. Kesetiaan sejati tunduk kepada kebenaran dan kewajiban, dan kesetiaan ini yang sangat di butuhkan dalam kepemimpinan. Kepemimpinan bertumpuh pada kepercayaan, dan kepercayaan dipupuk melalui kesetiaan.
11.  SEORANG PEMIMPIN MEMILIKI EMPATI TERHADAP ORANG LAIN
Seorang pemimpin yang memiliki empati yang tulus akan merasakan apa yang dirasakan orang yang dipimpinnya serta mau berjuang bersama.
12.  SEORANG PEMIMPIN MENJAGA NURANINYA TETAP JERNIH
Orang yang tidak menghargai dan mengabaikan nuraninya sendiri bukanlah orang yang memiliki integritas yang baik. Nurani yang bersih merupakan syarat utama untuk menjadi seorang pemimpin. Dan oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjunjung tinggi dan mementingkan nilai nurani yang murni.
13.  SEORANG PEMIMPIN HARUS JELAS DAN TEGAS
Seorang pemimpin yang baik harus mampu mengambil keputusan dengan pikiran yang jernih, dilandasi sikap proaktif dan mengacu pada penyelesaian masalah.
14.  SEORANG PEMIMPIN TAHU KAPAN HARUS BERUBAH PIKIRAN
Dalam situasi yang selalu berubah, maka pemimpin harus tahu kapan menyesuaikan diri dengan situasi baru.
15.  SEORANG PEMIMPIN TIDAK MENYALAHGUNAKAN KEWENANGANNYA
Seorang pemimpin yang telah menerima otoritas, akan memegang kewenanganya dengan baik dan tidak digunakan dengan kelaliman yang semena-mena.
16.  SEORANG PEMIMPIN TIDAK MENINGGALKKAN PERANNYA DI SAAT ADA TANTANGAN DARI PIHAK LAIN
Dalam situasi terjepit sekalipun, seorang pemimpin tidak berniat mencari ketenaran. Oleh karena itu, tidak berpikiran mencari pembelaan diri.
17.  SEORANG PEMIMPIN YAKIN AKAN PANGGILANNYA
Seorang yang tidak pernah yakin akan panggilannya tak mungkin bisa menjadi pemimpin yang mantap dan berhasil.
18.  SEORANG PEMIMPIN TAHU KETERBATASANNYA
Seorang pemimpin akan mendapat kekuatan dengan mengingat kelemahannya sendiri, dan dengan kelemahan itu membuat dirinya lebih bergantung pada kekeuatan Allah.
19.  SEORANG PEMIMPIN HARUS TAHAN BANTING
Seorang pemimpin sejati harus kuat, tangguh dan pasti siap menghadapi berbagai ujian yang datang tiada henti. Dan harus ingat bahwa kekuatan di balik ketangguhan kita adalah kuasa Allah.
20.  SEORANG PEMIMPIN MEMPUNYAI GAIRAH
Pemimpin sejati tidak acuh namun selalu memikirkan orang lain dan mendorongnya untuk terus berbuat baik. Atau dengan kata lain seorang pemimpin memiliki luapan perasaan.
21.  SEORANG PEMIMPIN HARUS BERJIWA PEMBERANI
Seorang pemimpin tidak selalu lemah-lembut, ada kalanya keberanian pemimpin diungkapkan melalui konfrontasi
22.  SEORANG PEMIMPIN HARUS JELI
Syarat dasar kepemimpinan rohani adalah pengetahuan tentang kebenaran, kemampuan mengenali adanya dusta dan ketrampilan untuk memanfaatkan Kebenaran untuk menangkis dusta.
23.  SEORANG PEMIMPIN HARUS MEMILIKI DISIPLIN DIRI
Pengendalian diri mutlak diperlukan agar seseorang dapat mencapai keberhasilan yang lestari dalam setiap perjuangan hidup.
24.  SEORANG PEMIMPIN SELALU TAMPIL BERTENAGA
Seorang pemimpin sejati harus giat dan rajin bekerja.
25.  SEORANG PEMIMPIN TAHU CARA MEMBAGI TUGAS KEPADA ORANG LAIN
Pemimpin yang bijak tidak akan mencoba menangani segala sesuatu dengan sendirian, tetapi ia manfaatkan pelimpahan tugas kepada orang lain dengan cara membantu memperlengkapi mereka agar cakap memimpin. Sehingga ia memusatkan perhatian pada hal-hal yang terpenting saja.
Pemimpin yang di cari adalah orang-orang yang berkarakter sesuai Firman, sehingga mampu memimpin umat Allah, agar karya pelayanan dapat diselesaikan dengan cara yang tepat, oleh orang yang tepat dan diarahkan ke prioritas yang benar.
Dengan demikian, apa yang membuat seorang pantas disebut sebagai pemimpin adalah karena ia sanggup menuaikan tugas yang demikian, dan di balik kesanggupannya adalah pekerjaan Allah (2 Kor. 3:5).


KEMUTLAKAN KRISTUS - Ulasan Buku Perjumpaan Di Serambi Iman

Tugas Semester VI Fakultas Teologi UKAW-Kupang Oleh Thyto Kolimo

TUGAS TEOLOGI AGAMA-AGAMA
ULASAN BUKU PERJUMPAAN DI SERAMBI IMAN


BAB 5 : KEMUTLAKAN KRISTUS

Bab ini membahas tentang model Kristosentris dalam pendekatan terhadap agama-agama dunia menurut pemikir teologis Hendrik Kraemer. Ada empat gagasan dalam bagian ini, pertama tentang agama, dalam hal ini kita membahas tentang posisi agama Kristen sebagai salah satu agama di dunia. Dalam hal ini, Kraemer berkeyakinan bahwa setiap gagasan tentang agama manusia harus didasarkan pada Alkitab sebagai catatan tentang pernyataan Allah. Hal yang kedua tentang konsep realisme Alkitab yang menjelaskan tentang inti pesan dari Alkitab yang adalah janji Allah kepada dunia dan umat manusia yang mencapai puncaknya dalam pribadi dan karya Yesus Kristus. Dan juga membahas tentang kemutlakan Yesus Kristus menurut pemikiran Kraemer. Bagian yang ketiga membahas tentang posisi agama Islam dalam hubungan dengan penyataan Allah atau sebagai agama yang diwahyukan.
Kraemer adalah salah satu pemikir kristen yang paling berpengaruh pada zamannya, khusus dalam hal hubungan agama kristen dengan agama-agama lain serta berbagai budaya. Dia juga adalah seorang penulis yang produktif pada zamannya, maka dari hal ini kita di bawa untuk memgerti tentang gagasan penting Kraemer dalam hal yang berkaitan tentang :
Ø  Agama sebagai prestasi manusia
E.C Dewick menggambarkan sikap Kraemer terhadap agama-agama non-kristen dalam kelompok rubrik “Answer of Aloofness”. Pengertian “Diskontiunitas” adalah sebuah tema yang cukup menonjol dalam pemikiran Kraemer. Kraemer menyatakan bahwa ada suatu perbedaan kualitatif yang absolut antara Allah dan manusia. Sikap Kraemer ini mempengaruhi seluruh cakupan pemahaman tentang agama, baik secara teologis maupun secara ilmiah.
Apa itu agama ? kramer berpendapat bahwa semua agama adalah ‘sistem-sistem manusia’ atau ‘teori-teori kehidupan’. Agama- agama dipandangnya sebagai usaha manusia untuk mengungkapkan ekspresi spiritual sebagai manusia dari seluruh segi kehidupannya. Dari ilmu agama, kraemer mengatakan agama adalah salah satu dari segi dari berbagai ekspresi kebudayaan manusia yang menonjol, dan merupakan suatu unsur yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kesadaran manusia seperti hukum, moral, kesenian, ilmu pengetahuan dan bahasa. Hal yang sangat ditekankan adalah bahwa semua agama, baik yang lebih lebih maupun yang lebih rendah semua filsafat dan pandangan dunia, merupakan berbagai usaha untuk memahami totalitas keberadaan yang sering terasa indah tetapi yang juga sering menimbulkan kesedihan atau bahkan mengelikan, karena tidak efektif.
Kraemer selanjutnya menyatakan bahwa filsafat adalah usaha manusia untuk mencapai pemahaman melalui ilmu pengetahuan dengan menggunakan akal, dan agama adalah usaha yang sama dengan menggunakan hati  sedangkan teologi adalah suatu usaha untuk membuat refleksi pemahaman yang berciri keagamaan tentang keberadaan dan kehidupan dalam suatu sistem pemikiran yang logis.
Usaha menuju pemahaman terhadap keseluruhan eksistensi sebagai suatu usaha manusia yang universal ini menghasilkan data yang sama dan sejumlah simbol-simbol keagamaan serta pandangan etis, meskipun dalam bentuk yang sangat berbeda. Data dan simbol adalah hasil usaha sebagai objek penelitian yang menunjukan adanya kesamaan-kesamaan yang signitifikan. Kraemer mengatakan entah kita hidup bersama orang-orang yang menganut agama yang lebih tinggi maupun yang rendah kita perlu menyadari bahwa pandangan keagamaan dan etika kita sendiri juga dapat dinilai dengan agama-agama lain. Setiap agama harus juga dipandang sebagai satu “organ” yang utuh dan unsur-unsurnya tidak dapat diuraikan secara terpisah menurut satu sistem tertentu. Kraemer mengatakan setiap agama adalah satu kesatuan dan tak terpisahkan setiap bagiannya selalu dihubungkan dengan agama tersebut sehingga fungsi nyata makna serta tendesi tidak pernah dapat dimengerti dan hidup tersebut dalam hubungannya dengan pemahaman yang eksistensial di mana masing-masing dan memperoleh bentuknya.
Ø  Kesadaran religius
            Dalam hal ini Kraemer dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada agama dalam satu pengertian yang tunggal. Artinya, tidak mungkin membuat suatu definisi yang pasti dan berlaku umum mengenai apa itu agama, tetapi Kraemer mengatakan bahwa ada sesuatu yang universal yakni agama. Kesadaran religius merupkan suatu realitas empiris yang menyatkan dirinya dalam cara subjektif berarti tipe khas keberagamaan setiap individu sementara yang objektif  adalah doktrin, mitos, kultus, dan peribadatan yang membentuk struktur dan karakter dari setiap agama.
Ø  Kualitas dialektis kesadaran Religius
Dalam hal ini, kraemer menempatkan agama sebagai suatu fenomena empiris dalam domain teologis dimana  “manusia bergulat dengan Allah”, Allah menghakimi manusia artinya berbagai sistem agama dan moral umat manusia adalah prestasi manusia itu sendiri tentang keseluruhan eksistensi. Upaya pencarian Allah akan terus menerus menggangu dan menjadi problem sentral manusia berusaha menghilangkan dirinya.
Kraemer berpendapat bahwa Allah tetap menyatkan kehendaknya dalam sejarah manusia dimana Dia terus bergulat dengan manusia. Perspektif dialektis inilah yang membentuk seluruh langgam teologi Kraemer dan menjadi elemen yang sangat penting dalam karya-karyaNya. Kraemer menyoroti kondisi dialektis manusia dengan menerangkan bahwa kebenaran tentang manusia adalah bahwa dia dalam hal agama yakni dalam seluruh keberadaan menemukan dirinya melalui kejatuhan dalam kondisi dialektis yang tidak dapat menyelamatkannya yang selalu memberontak padanya tetapi mau kembali padaNya.
Dari defini ini jelas bahwa kondisi dialektis manusia merupakan satu elemen dasar dari kesadaran keberagamannya. Oleh karena itu, tidak ada agama yang bebas dari “kondisi berbahaya”sebagai manusia “makhluk ganda”. Manusia memang berasal dari yang ilahi dan diciptakan sesuai dengan citra Allah, namun pada saat yang sama dihancurkan oleh dosa. Dalam hal ini Kraemer menyoroti ada tiga bagian. Pertama, bahwa segenap umat manusia setealah “kejatuhan”nya tetap berada dalam kehendak Allah sebagai manusia yang diciptakanNya bagi kemitraan dan persekutuan dengan-Nya. Kedua, masih berhubungan dengan yang pertama dimana manusia secara total berpaling dari hubungan dengan Allah, karena Allah telah mengadakan perjanjian abadi dengan umat manusia. Ketiga, sesuai dengan situasi “kejatuhan” dunia, agama dan kebudayaan secara keseluruhan termasuk dalam kawasan kehidupan manusia yang tidak tertebus. Maksudnya, manusia dengan agama dan kebudayaan belum diciptakan kembali menurut citra Allah, yaitu menurut gambar dan rupa Allah sebagaimana pada awal ia di ciptakan.
Asal usul manusia yang ilahi dengan karunia-karunia besar yang diperoleh menjadikan dia sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab untuk menguasai dan mengatur ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya. Oleh karena itu, dapat mengembangkan kebudayaan-kebudayaan dan peradaban yang menajubkan termasuk  “agama-agama sebagai prestasi yang besar”.  Dalam hal ini, Kraemer menegaskan bahwa semua agama yang dihasilkan oleh prestasi manusia dengan berbagai sistemnya adalah “sesat”.  Dan sedang berada dalam pengadilan ilahi. kraemer berkesimpulan bahwa agama-agama sama sekali tidak memilki pengertahuan yang benar tentang Allah dan juga tentang kemanusian.
Ø  Sikap positif terhadap Agama
Dalam hal ini, Kraemer menekankan bahwa apapun motivasinya dalam hubungan dengan  sikap terhadap agama-agama dunia. Setelah pemberontakan manusia terhadap Tuhan yang menyebabkan kejatuhannya, dunia tetap berada dalam kekuasaan Allah yang telah menciptakannya. Allah tidak pernah membiarkan dunia dan manusia ciptaan-Nya terlantar di dalam kejatuhan dosanya sendiri. Walaupun manusia senantiasa melanjutkan kepedulian-Nya terhadap manusia melalui insiatif rekonsiliasi-Nya untuk menjelaskan hal ini, merujuk pada doa yang diajarkan pada Yesus “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga”.
Kraemer menolak semua bentuk sikap permusuhan dan sikap agresif terhadap agama-agama lain. Dia mengajak sesama kristen untuk memiliki pemahaman yang benar tentang berbagai tradisi keagamaan sesama di sekitarnya. Orang-orang kristen tegasnya adalah sebagai anggota gereja kristen ditetapkan oleh Allah dunia. Kraemer harus mempertimbangkan agama-agama lain dengan sungguh-sungguh. Alasan untuk bersikap seperti ini adalah agama kristen sendiri harus diakui sebagai suatu “agama” dan karenanya merupakan sebuah prestasi manusia pula ini, ini yang kraemer disebut agama Kristen empiris. Kekristenan ini pada hakikatnya tidak memiliki superioritas terhadap agama-agama lain.
Ø  Agama Kristen di antara agama-agama dunia
Bagi Kraemer agama kristen harus dimengerti sebagai salah satu agama dunia yang sama kedudukannya dengan agama-agama lain. Jadi, tidak alasan bagi orang-orang kristen untuk mengerti agama-agama lain. Agama kristen sebagai suatu fenomena historis yag terkenal yang termasuk dalam dunia sejarah dan sejarah gereja. Konsep ini merupakan salah satu pengaruh fari ilmu perbandingan agama yang telah banyak mempengaruhi kemurnian pandangan religius. Ini juga yang merupakan hasil semakin konsistennya pemikiran teologis yang didasarkan pendalaman tentang “rahasia-rahasia pemikiran Alkitab”.
5.2 Alkitab dan Penyataan Allah
Pandangan kraemer tentang gagasan fundamental tentang “penyataan Allah” dan “iman kristen” sebagaimana yang digambarkan oleh alkitab.
Ø  Alkitab : sumber pengetahuan tentang penyataan Allah.
Dalam hal ini Kraemer berpegang pada alkitab yang merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang sah tentang substansi iman Kristen. Yang menegaskan tentang jawaban yang paling tepat terhadap pertanyaan “apa itu agama kristen ?” adalah “apa yang dikatakan di dalam alkitab”.  Alkitab bukanlah merupakan sebuah kitab tentang pemikiran kristen melainkan sebuah kitab yang secara radikal sangat teosentris. Allah adalah Allah dan adalah raja yang sejati.  Allah memilki pengaruh yang sangat menentukan bagi dunia, manusia dan posisinya.
Jadi alkitab, secara radikal bahwa Allah, kehendak-Nya tindakan-tindakan-Nya, kasih-Nya dan penghakiman-Nya adalah awal dan akhir dari semuanya. Dan sedang melaksanakan kehendak-Nya untuk membawa manusia dan dunia pada hubungan yang langsung dengan-Nya.
Alkitab juga harus dihadapi secara serius sebagai pedoman yang sah dan normatif bgai pemikiran teologis kita. Karena alkitab menjelaskan tentang berbagai tindakan dan rencana-rencana ilahi  dalam hubungan dengan penyelamatan umat manusia dan dunia, bukan tentang pengalaman religius atau gagasan-gagasan.  Ini bukan berarti Kraemer tidak mengakui penyajian alkitab tentang pengalaman-pengalaman religius yang penting atau gagasan manusia itu menjadi tema sentral alkitab.
Ø  Realisme Alkitab
“Realisme” menurut Kraemer adalah keterbukaan yang jujur terhadap segenap realitas. Dalam hal ini ada penekanan bahwa pesan alkitab adalah selalu tentang Allah yang hidup dan kekal, yang selalu aktif mencari dan menemukan umat-Nya. Oleh karena itu, realitas bersifat “teosentris”.
Realitas yang di maksudkan menunjuk pada adanya perbedaan yang radikal antara Allah dan manusia. Allah adalah Allah sang pencipta dan manusia makhluk ciptaan.  Realitas itu mencakup pada kemungkinan manusia untuk berkomunikasih dengan Allah dan di lain pihak kemungkinan manusia untuk tidak mencari perintah-perintah Allah.  Dalam hal ini alkitab juga menjelaskan tentang Allah alkitabiah dan realitas tentang manusia keduanya adalam perspektif teosentris.  Jadi pandangan Kristen atau teologi kristen menurut Kraemer walaupun bersumber dari penyataan alkitab tidak dapat dianggap sebagai hal yang esensial dari iman kristen.
Untuk itu itulah kita dapat menyimpulkan bahwa alkitab adalah tidaklah memaparkan gagasan tentang Allah maupun teori tentang manusia, melainkan menyajikan tentang realitas yang harus dipahami manusia dengan penuh kesadaran. Artinya manusia telah hancur dan Allah selalu berusaha membawa kembali.
Ø  Kemutlakan Yesus Kristus
Realisme inilah yang dipahami sebagai teologi agam kristen dan karya Yesus Kristus. Pernyataan kristen tampak dalam berbagai kehidupan dan karya Kristus bersifat mutlak dan pasti karena dia memberikan perhatian pada Allah yang besar, kehendak Allah, pemikiran, dan gagasan Allah tentang manusia dan dunia. 
Jadi Kraemer memahami penyataan Allah sebagai “tindakan khusus” Allah. Ini berarti bahwa sejarah penyataan Allah sebagai tindakan ilahi yang menjadi otoritas Allah sendiri yang dinyatakan secara lengkap dan sempurna dalam Yesus Kristus yang telah masuk dalam sejarah dunia. Tindakan ini berkaitan dengan anugerah ilahi untuk manusia yang tersesat yang karenaNya penyataannya dinyatakan.
Ø  Iman Kristen dan Agama Kristen Empiris
Kraemer menempatkan agama kristen dengan menggunakan pernyataan Allah untuk tujuan-tujuan kemanusiaan dibawah “terang pribadi Yesus Kristus yang merupakan penyataan Allah dan memiliki otoritas untuk mengkritik setiap agama. Tidak ada kontiunitas yang sah atau asli antara agama-agama manusia dengan penyataan Allah dalam Yesus Kristus. Kraemer menegaskan bahwa hubungan antara dua dunia yang dimanifestaikan dalam seluruh rangkaian pengalaman dan usaha-usaha keagamaan bukanlah kontinuitas melainkan diskotinuitas.
Dalam hal ini Kraemer sama sekali tidak beranggapan bahwa agama Kristen sabagai salah satu dari agama-agama dunia mempunyai nilai absolut. Sifat ekslusif agama kristen tidak didasarkan pada kebenaran dan menyatakan kepada yang lain bahwa dia memiliki kebenaran tersebut.  Agama kristen besumber dari penyataan Allah dalam Yesus Kristus jika yang dipahami adalah imannya. Dan perilaku etisnya maka benar bahwa agama kristen memiliki tentang Allah. Kraemer berkisar tentang sekeliling dua kutub, yang pertama kutub teologis adalah pengetahuan tentang Allah atau sang ilahi. dia adalah Allah yang dalam rangka mendamaikan dunia dan manusia dengan diri-Nya yang memanifestasikan kesucian-Nya serta kasih-Nya.  Kedua, adalah kutub antropologis yakni pengetahuan tentang manusia. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai anak sekaligus mitraNya.  Kedua kutub pengetahuan kristen dengan agama-agama lain. Dalam hal inilah agama kristen hendaknya memilki iman kristen yakni dengan sepenuh hati menghargai dan menerima penghakiman dan kasih Allah.  Namun uniknya, bahwa ia memilki pengetahuan yang bersumber dari penyataan Allah yang membuat ia memilki iman kristen.
Ø  Agama-agam dalam terang penyataan Alkitab
Kraemer berpendapat bahwa sikap alkitab terhadap bukti-bukti kesadaran dan produktifitas religus manusia merupakan sebuah elips dengan dua fokus, yaitu fokus yang pertama adalah keyakinan yang teguh akan kebenaran alkitabiah yakni pengenalan dan hormat akan Allah abraham, Ishak, Yakub dan Bapa dari Tuhan Yesus Kristus yang merupakan satu-satunya agama yang benar. Dan fokus yang kedua adalah bahwa ada berbagai manisfestasi baik secara positif dan negatif.
5.3 Islam: Agama Penyataan
Ø  Klasifikasi agama-agama
Kraemer berpendapat ada cara untuk mengklasifikasi semua agama manusia menurut sifatnya. Kata “saviours” dari “legalist atau ceremonial religiuos”.  Dalam hal ini juga dibagi dalam “agama primitif atau agama naturalis” dan agama-agama peradaban atau agama budaya. Agama- agama dari kategori naturalis yang berkesadaran transempris memandang realitas sebagai suatu kesatuan kosmik dengan suatu pendekatan totaliter. Manusia adalah bagian dan aspek dari keterlibatan alam. Dan merupakan bagian integral dari para dewa sebagai komunitasnya, sehingga tidak terdapat apa yang di kategorikan sebagai kebenaran absolut. Kraemer dengan istilah “kesadaran transempris” menunjukan bahwa manusia memahami semua bentuk meditasi, kegiatan keberagamaan, konsentrasi kerohanian, pertapaan dan sebagainya sebagai kesadaran dan pemahaman identitas diri yang sesungguhnya dengan realitas ilahi. Namun semuanya itu adalah kegiatan-kegitan yang berpusat pada diri manusia sendiri.
Ø  Islam : dalam bayangan realisme alkitabiah
Kraemer berpandangan bahwa agama islam adalah salah satu agama pernytaan yang profetis ? berdasarkan sejarah, agama islam, adalah agama yang sebenarnya merupakan cabang dari rumpun agama yang di nubuatkan. Dalam hubungan ini, Kraemer menyatakan bahwa suatu hubungan historis antara Kristen dan Islam.
Kraemer mengakui agama Islam sebagai agama penyataan yang profetis. Dengan menempatkan pengakuannya ini berdasarkan pendiriannya tentang realisme alkitabiah hal ini sangat berbeda. Dasar agama kristen adalah firman yang menjadi manusia (Yesus Kristus) sedangkan dasar agama islam adalah firman menjadi kitab (Qur’an). Kraemer mengakui makna religius dari penyataan ilahi dalam agama islam. Yakni membantu para pengikutnya menumbuhkan pengertian mendalam tentang nilai dan eksistensi kebenaran yang absolut.
Ø  Teosentris Radikal
Inti agama islam terletak pada tujuan religiusnya yang mulia, yakni menyartakan Allah yang maha kuasa, pencipta dan Raja yang memiliki Hari Penghakiman Akhir. Jadi, agama islam “sangat teosentris” dan dengan demikian agama islam menyatkan asal-usulnya yang profetis dengan cara yang paling jelas.
Ø  Agama Sederhana
Kraemer percaya bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang sederhana tetapi memiliki “banyak teka-teki”. Keserdahanan dan kemurnian agama islam sebagai agama tampak dalam beberapa hal. Kraemer mengganggap agama Islam sebagai agama sederhana. Hal pertama adalah eksternalisasi dan pemfosilan penyataan. Maksudnya, untuk memahami penyataan Allah dengan “membacanya” atau “menghafalnya”. Hal kedua yang ditunjukan Kraemer adalah hal-hal yang berhubungan dengan dosa dan keselamatan sebagai masalah inti dalam agama profetis. Dalam agama islam, hal-hal ini telah pandangan yang fragmentasi dan supersial dengan “pengungkapan yang sangat sederhana dan kurang menyakinkan tentang teori tabula rasa pikiran manusia mengenai asal-usulnya dan mengenai rahmat Allah”. Akibatnya, keseluruhan drama keselamatan yang begitu hidup antara Allah dan manusia sama sekali tidak tampak, padahal justru secara historis agama Islam adalah salah satu bagian dalam drama. Dan hal ketiga adalah hubungan antara iman dan perbuatan, menurutnya Kraemer diskusi yang luas dalam sejarah dogma agama Islam tentang hubungan kedua aspek ini tidak menyentuh isu religis yang lebih dalam yakni pentingnya iman dan perbuatan dalam hal keselamatan. Ada dua konsepsi tentang iman dalam agama Islam yang berasaldari Qur’an. Pertama adalah yang disebut “konsepsi intelektualististik” yang menganggap iman sebagai suatu “penderitaan batin” yakni “mempertahankan sesuatu sebagai kebenaran melalui hati dan mengakuinya dengan lidah”.
Ø  Sikap Terhadap agama Islam
Hal pokok yang menjadi dasar pertemuan antara gereja Kristen dengan agama non-kristen seharusnya bertitik tolak pada “keberadaan misionaris” yang mengemban dua tugas, yakni kesaksian dan pelayanan.
5.4 Hubungan antaragama
Ø  Urgensi Dialog
Dalam hal ini, Kraemer memberi perhatian pada latar belakang sejarah pertemuan Timur dan Barat yang menuntut perlunya dialog dimasa mendatang. Pertama memberikan keterngan, setelah itu melakukan observasi mengenai hubungan kebudayaan Timur. Dalam hal ini ia berpendapat bahwa situasi dunia yang di tandai oleh kebangkitan agama-agama besar. Dalam situasi ini “dialog” antar agama-agama dunia sangatlah penting.
Ø  Dialog dan Toleransi
Kraemer mengatakan toleransi merupakan suatu gejala perilaku agama yang paling benar dan penting dalam menghadapi kesulitan demi kerja sama antarumat agama. Dalam hal ini kramer menyatakan bahwa hubungan dan kerja sama antar agama atau antar iman.
Ø  Etika Dialog
Suatu strategi yang menyeluruh dan bertanggung jawab tentang relasi antaragama. Hubungan antaragama atau antariman dapat disebut sebagai “persahabatan antar agama” perlu didorong ke arah berbagai bentuk kerja sama antaragama dalam rangka mencari jalan guna melayani seluruh komunitas.
Ø  Misi Kristen dan Tujuannya.
Tugas mulia para peserta Kristen di dalam dialog antaragama adalah menunjukan keterbukaan pemikiran dan keinginan untuk belajar. Sikap ekslusif agama Kristen bukanlah sikap arogansi religius orang-orang Kristen yang peduli dengan sikap rendah hati dan inklusif terhadap agama non kristen. Namun menghindari sifat ekslusif kristen.
Ø  Komunikasih dan Sinkretisme
Yang menjadi masalah antarumat Kristen dan penganut agama non Kristen adalah mengkomunikasih injil. Komunikasih adalah “komunikasih antara”  yang bertolak dari pemikiran tentang pentingnnya hubungan antar agama. Untuk membuat komunikasih benar-benar sesuai dengan inti iman kristen, kraemer mengingatkan adanya bahaya sinkretisme.
Ø  Berdoa bersama dalam “saat teduh”
Pandangan Kraemer tentang doa bersama adalah suasana doa dimana semua orang yang hadir mendiamkan dirinya di hadapan Allah menurut keyakinannya masing-masing sambil berdoa dalam bentuk bisikan suara hatinya.
5.5 Dua Suara Pendukung
            Jhon Herman dan Lesslie mempunyai pendapat yang sama dalam hal kemutlakan Yesus Kristus sebagai kebenaran yang di dalamnya Allah menyatakan diri-Nya.
v  Jhon Herman
Memilki gagasan tentang :
Ø  Agama sebagai Jawaban
Agama pada dasarnya adalah suatu media di mana manusia menjawab dan beraksi terhadap penyataan Allah. Dan merupakan jawaban manusia terhadap penyataan ilahi yang di duga sebagai yang ilahi. misteri paling dalam adalah kepedulian Allah terhadap manusia dan respon manusia terhadap penyataan Allah. Kesadaran inilah yang dapat menghasilkan kesamaan-kesamaan  yang disebut “five magnetik points” sebagai berikut :
a)      Hubungan antara manusia dengan kosmos
b)      Hubungan antara manusia dengan norma
c)      Hubungan antara manusia dengan misteri-misteri keberadaannnya
d)      Hubungan antara manusia dengan keselamatan
e)      Hubungan antara manusia dengan kekuatan ilahi
Kelima pokok ini merupakan lima pertanyaan magnetis yang menarik perhatian manusia.
v  Lesslie Newbigin
Memilki gagasan tentang :
Ø  Tujuan Dialog
Tujuan dialog dengan para penganut agama non kristen adalah untuk menjadi saksi setia Yesus Kristus  yang berindikasi merendahkan penghormatan terhadap Yesus Kristus sama sekali tidak mungkin di lakukan oleh umat Kristen. Pandangan newbigin ini bersumber pada misi Kristen yang di dasarkan pada kepercayaan fundamental yang di wujudkan dalam penegasan bahwa Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Putra, dan Roh kudus. dan menegaskan arti dari misi kristen yang di bagi dalam tiga cara, pertama “mewartakan kerajaan Bapa”,yakni dalam “iman dan kasih” kedua “mengambil bagian dari kehidupan putra” yakni misi dan yang ketiga adalah “memberi kesaksian tentang Roh kudus” yakni misi sebagai “pengharapan dalam aksi”.


*      KESIMPULAN
a)      Kraemer memahami agama sebagai wahana di mana manusia berusaha untuk berhubungan dengan yang ilahi. dan agama yang tidak sesat adalah agama yang berasal dari penyataan ALLAH. Jadi, Kraemer mengonfrontasi agama dengan pewahyuan.
b)      Alkitab sebagai kesaksian tentang penyataan Allah yang menyatakan bahwa Yesus  Kristus sebagai titik kulminasi penyataan Allah adalah sang penebus dan Hakim umat manusia yang mutlak termasuk kehidupan religiusnya.
c)      Hubungan islam dan kristen harus dapat di mengerti melalui semangat kesaksian alkitab.
d)      Kraemer menekankan hubungan antaragma dengan agama lain.
e)      Satu-satunya agama tugas yang sah dari agama kristen dalam menjalin kerja sama dengan agam-agama lin untuk mencari solusi secara bersama-sama.
f)       Bavinck dan Newbigin berada dalam posisi Kraemer dalam pemahaman mengenai kemutlkan Yesus Kristus. Dalam hubungan penyataan Allah yang umum, Bavinck melihat secara positif campur tangan Allah dalam kehidupan keberagaman umat manusia. Dan Newbigin menekakan perlunya umat Kristen memahami adanya “terang keselamatan” dalam berbagai agama dunia sebagai jalan masuk untuk mengadakan dialog dengan agama non-kristen.





Bab 6 : Presensia Kristen di Tengah Agama-agama Lain
Kenneth Cragg adalah salah seorang yang menekankan arti presensia kristen sebagai langkah terpenting dan efektif dalam rangka hubungan antaragama antara umat kristen dan umat beragama lain. Gagasan penting itu dapat dibahas dalam dua bagian, yakni pertama akan membahas tentang perlunya sebuah teologi (kristen) mengenai kemajemukan yang bersumber dari ucapan Yesus Kristus. Bagian kedua tentang beberapa interprestasi yang penting tentang syahadat islam. Dua bagian terakhir akan di bahas dalam kebersamaan mengenai kristen dan muslim dan hubungan dengan inti terdalam dalam iman kristen.
6.1 Perlunya sebuah Teologi Pluralisme Religius
Ø  Sumber : “Damai Sejaterah bagimu”
Ucapan Yesus dapat di jadikan sebagai sumber dalam teologi kristen tentang kemajemukan keagamaan. Damai sejaterah dari ucapan salam kristen mencakup dua aspek. Aspek pertama, adalah suatu kepeduliaan yang wajar terhadap orang lain, yakni umat yang berada dalam komunitas kristen. Aspek kedua adalah kesediaan untuk melibatkan diri dalam dunia ini.
Ø  Sifat ganda Agama Kristen
Keberadaan kita adalah bagian tak terpisahkan dari realitas kemajemukan agama-agama. Oleh karena itu kita perlu menghentikan ungkapan “non kristen”  karena hal ini membuat orang kristen menjadi komunitas yang arogan karena secara gegabah memosisikan umat beriman lain menurut keputusan sendiri.
Ø  Prensia Kristen
Kehadiran kristen berada dalam posisi yang penting tanpa harus bersikap absolut atau memegang teguh premis-premis positif dan negatif. Hal ini berupa kehadiran yang lebih mengutamakan terjadinya perubahan suasana internal agama-agama termasuk kristen yang pada gilirannya berdampak pada relasi antariman.
Singkatnya prensensia kristen adalah kehadiran umat kristen yang total dan aktif dalam kebersamaan hidup dalam segala aspek. Dari hal inilah, orang kristen menyadari pentingnya membangun kerangka teologi pluralisme religius secara proporsional.
6.2 Panggilan Menara Masjid dan Umat Kristen
Ø  Panggilan bersama
Ø  Adhan sebagai sebuah kredo
Ø  Panggilan untuk hidup benar
Ø  Panggilan untuk memahami
Ø  Panggilan untuk berpartisipasi dan pemulihan
Ø  Panggilan untuk interpretasi dalam pengharapan dan iman
6.3 Berteologi dengan “tema bersama”
Ø  Teologi Takbir
Ø  Tiga aspek Takbir

6.4 Berhimpun bersama di serambi doa
Ø  Dari “pembicaraan tentang” (teologi) ke “berbicara kepada” (berdoa)
Ø  Devosi bersama : kesempatan atau tantangan
Ø  Dalam nama Yesus Kristus ?

6.5 Ukuran Kristus
Ø  Presensia Kristus di dalam iman yang lain.
Ø  Problem konversi
6.6 Adakah suara yang sama dengan suara Craag ?
Kosuke Koyama
Ø  Mendengarkan “shema” agama-agama dunia
Hans King
Ø  Sikap Oikumenis terhadap agama-agama lain
Ø  Dialog dengan islam


*      Kesimpulan
a)      Tidak ada refleksi teologis yang meyakinkan atas kenyataan pluralisme agama tanpa suatu hubungan sejati dengan kehidupan beragama komunitas-komunitas lainnya.
b)      Panggilan menara mesjid adalah panggilan kepada umat Muslim dan umat kristen.
c)      Umat muslim dan kristen dapat dan harus berusaha bersama-sama dalam membangun suatu refleksi teologi.
d)     Koyama menyajikan pendiriannya terhadap Yesus Kristus dalam konteks Asia. Sementara King beruasaha memahami perihal kenabian dalam islam dan arti Quran sebagai firman Allah.




Bab 7 : Bahasa Teologi Global

Wilfred cantwell Smith adalah teolog dan ahli sejarah yang mengabdikan kehidupan dan karier. Smith memilki gagasan tentang uamt manusia yang panjang dan dua komponen dasar yaitu : “iman” dan “tradisi”.
7.1 kehidupan religius sebagai partisipasi dalam proses
Agama pada umumnya digunakan dalam empat pengertian. Pertama berkaitan dengan pengertiaan tentang kesalehan pribadi, kedua berkenaan dengan entitas historis yakni berhubungan dengan sistem. Ketiga merujuk pada sistem yang ideal yang lebih sekedar entitas aktual. Dan keempat berhubungan dengan agama dalam pengertian generik atau umum.
7.2 iman personal dan tradisi kumulatif
Iman menurut Smith menunjuk pada relasi antara manusia dengan Allah antara manusia sebagai realitas kodrati dengan Allah sebagai realitas adikodrati.  Dan di ekspresikan dalam tradisi religius. Jadi iman secara personal adalah berbicara tentang kesadaran dari orang yang beragama atas keterlibatannya dalam suatu hubungan kreatif dengan yang transenden dan yang ilahi.
7.3 Iman
Manifestasi dari satu kualitas manusia yang global yakni iman, umat beragama dan memahami dunia.
*      Kesimpulan
a)      Smith, Hick dan Samartha sependapat dalam upaya suatu pemahaman yang tepat mengenai hubungan antaragama kristen dengan agama dunia lain. Dan cenderung mengadakan pendekatan dalam masalah ini.
b)      Smith  berpendapat kehidupan keberagaman umat kristen adalah suatu partisipasi dalam seluruh sejarah kehidupan keberagamaan.
c)      Dalam hal ini ada dua aspek yang membentuk unsur-unsur agamayakni Iman dan Tradisi. Iman di pahami sebagai kualitas personal dan tradisi sebagai sesuatu yang komulatif. Ini berarti bahwa tradisi adalah sebuah entitas yang bergerak dan berubah dalam suatu proses kehidupan keberagamaan umat manusia yang senantiasa yang berubah.
d)     Smith percaya bahwa hubungan muslim-kristen dari perspektif yakni dari perspektif iman, bahwa dengan iman mempertemukan kedua komunitas ini sedangkan kepercayaan yang membedakann mereka.




Bab 8 : Retrospeksi Beberapa Isu Tematis

Ø  Hubungan antaragama-sebuah iktisar

Merupakan bagian integral dari eksistensi keduanya sebagai agama dunia. Hubungan antaragama merupakan salah satu indikator penting dari kualitas hubungan antara seseorang dengan Tuhan. Berarti pula hal berada dalam hubungan yang berada dalam hubungan dengan mereka dengan iman.
81.1 Pengusahaan tanggapan yang tepat terhadap tantangan-tantangan bersama
Tantangan bersama adalah keadaan-keadaan yang dihadapi agama-agama dunia yang menuntut mereka adalah mengatasinya.  Disini Kraemer melihat adanya hubungan antaragama dari perspektif yang dapat mendorong kita agama-agama dunia sekalipun duni ini telah dilanda krisis yang menglobal.  Disini kerja sama yang dimaksudkan adalah “kerja sama” dan “saling pengakuan” antar agama kristen dan non kristen.
8.1.2 Pemenuhan Tugas-tugas misioner
  Tugas misioner bersama ini berakar pada pemahaman tentang penyerahan diri secara total pada Allah yang memanifestasikan dalam perjuangan total melawan kejahatan.
8.1.3 Hal mengambil bagian dalam tradisi
Merupakan seseuatu yang tidak dapat dan tidak boleh dihalang-halangi karena merupakan bagian penting dalam setiap agama.
8.1.4 Prinsip Intereligi
Hubungan kristen dan islam perlu ditingkatkan dan di kembangkan.
8.1.5 Prisnsip Keesahan
Menekankan bahwa secara historis semua agama dunia berasal dari satu agama orisinal yaitu agama dunia yang berasal dari satu agam orisinal yaitu agama yang telah ditetapkan Allah sejak awal keberadaan manusia.
*      Kesimpulan :
a)      Masalah hubungan antar islam dengan kristen adalah masalah yang interen dan mempunyai satu panggilan yang harus di jawab untuk membicarakan hubungan diantar mereka.
b)      Berbicara tentang islam dengan kristen berarti berbicara akan kehendak Allah yang dinyatakn dalam kehidupan bersama.
c)      Peran Yesus Kristus bagi kedua agama ini adalah untuk mendorong pengembangan kehidupan spritualitas keduanya.
d)     Tugas bersama ini dapat mengatasi secara bertanggung jawab dalam berbagai masalah dan tantangan besar yang siap menghadang kedua umat lainnya.

    Bab 9 : Kesimpulan dan Prospek

Ø  Beberapa Catatan Kesimpulan
Kesimpulan yang pertama berhubungan dengan dua ciri utama dari setiap agama : karakter universal dan karakter partikular. Kedua aspek ini terdapat dalam agama dunia. Kesimpulan kedua akan dilihat bagaimana dua ciri agama ini dapat mendukung dan mendorong suatu perjumpaan yang sehat dan mendalam antarkomunitas keagamaan dunia.
*      Kesimpulan

a)      Banyak persolan  dan implikasi dalam studi ini. Hubungan antar kedua agama sangat mempengaruhi iklim dan kehidupan politik dan kemasyarakatan. Usaha- usaha dalam menjaga dan meningkatkan kerukunan dalam kehidupan kedua komunitas keagamaan ini telah berketetapan hati untuk hidup bersama dalam saru bangsa indonesia bersama penganut agama lain. Iman kristen dan gereja telah berkembang sesuai dengan konteks Islam.  Dengan upaya yang cermat dalam mempelajari interaksi kedua komunitas di Indonesia kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kita benar-benar saling membutuhkan.
b)      Masalah doa bersama menjadi latar belakang yang tentu hakikat personal dari doa dan apapun yang dilakukan oleh islam dan kristen dalam hubungan antariman dapat dirasakan dan teralami dalam kehidupan iman komunitasnya masing-masing dalam kesadaran bahwa kita semua adalah “Anak-anak Abraham”
c)      Dalam hal ini Kraemer menyarankan doa dalam hati dalam pertemuan dan dialog antariman, sehingga tanggung jawab bersama dapat dipikul dengan rasa persaudaraan sejati.  Hal terakhir yang harus diperhatikan adalah tujuan doa. Dengan doa kita dapat menyadari kemuliaan Allah yang tiada taranya, abadi, dan mutlak. Inilah alasannya kita memanjatkan doa dengan mengatakan “soli Deo Gloria” segala kemuliaan bagi Allah dan “Allahu Akbar” Allah maha besar dan bkan  “soli Cristiano gloria”  segala kemuliaan bagi umat kristen juga bukan  muslim akbar umat muslim mahabesar. Semua jawaban atas kerukunan agama hanya dapat diperoleh melalui usaha studi dan perjuangan bersama semacam dalam konteks hubungan antariman.


                                                       

Perkembangan konflik dan upaya perdamaian Israel vs. Gaza/Palestina

Dalam konflik Israel vs. Gaza/Palestina, berbagai pihak dan entitas memainkan peran yang berbeda. Di bawah ini, saya akan merinci beberapa e...